Monday, May 6, 2024
spot_img

Inilah Materi Khutbah Jumat Tarmizi Karim

Syariat Islam Konsepsi Peradaban Paripurna

Oleh IR. TARMIZI A KARIM, M.Sc

Firman Allah dalam Surat An Nisa’ 174 – 175 yang artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mu’jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang”

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”

 

Kaum muslimin sidang jamaah jumat.

Marilah kita menundukkan batin kita, senantiasa bersyukur kepada Allah dengan sedalam-dalam syukur atas rahmat dan karuniaNya, sebagai cerminan ketaqwaan kita kepadaNYA. Seiring rasa syukur itu, shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kita tidak hidup se-zaman dengan Rasulullah, periodenya telah berlalu, Nabi Muhammad telah wafat 1.400 tahun yang lalu.

Apa yang ditinggalkan oleh Rasul? Yaitu “Nuuran Mubiina” (cahaya yang menerangi kegelapan), cahaya ini yang telah menerangi peradaban yang belum pernah ada sebelumnya. Inilah cahaya yang yang menjadi pembatas antara hak dengan yang bathil, inilah ISLAM, peradaban yang paripurna.

Ali bin Abi Thalib dalam Kitab NAHJUL BALAQHAH yang di sahih oleh Muhammad Abdulah mengatakan :

“Permulaan agama adalah mengenal Allah (ma’rifah), kesempur-naan dalam mengenalnya adalah membenarkannya, kesempur-naan tasdiq adalah meng-ESAkanNya, kesempurnaan tauhid adalah memurnikan niat ikhlas untuk NYA”.

Rasulullah telah mewarisi kesempurnaan akhlak yang dengan akhlak yang mulia itu dalam waktu yang singkat Rasulullah telah mampu membangun generasi yang amat tangguh. Yaitu generasi yang mempunyai keikhlasan dalam beriman, generasi yang tumbuh dan berkembang dalam gemblengan, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun: “Fitrah manusia hanya akan tumbuh dan berkembang dengan bimbingan Islam”. Manusia adalah makhluk sosial yang eksistensinya diakui karena adanya relasi timbal balik dengan orang lain.

Dalam interaksi itu tumbuh pemahaman bahwa manusia tanpa keyakinan adanya Tuhan akan mengalami “Kehampaan Spiritual”, tidak ada jawaban lain terhadap krisis yang melanda negeri dan umat manusia sekarang ini adalah karena manusia telah lari dari kefitrahannya, lepas dari bimbingan ISLAM, batinnya sangat dahaga, jauh dari siraman oase, ruhnya menjerit kepanasan tanpa ada naungan dari teriknya kesesatan, dihela oleh hawa nafsu, mengarungi padang pasir yang tandus dengan bukit dan lembah-lembah yang curam. Manusia ini telah dikuasai keganasan hawa nafsu, jiwanya guncang, stress, gundah gulana, dan bahkan tidak sedikit yang mengakhiri perjalanan hidup dengan bunuh diri.

Syariat islam pada hakekatnya adalah sebuah konsepsi peradaban yang paripurna dibawa Al Qur’an, yang telah memberikan jaminan secara pasti akan mampu membimbing manusia dari cengkeraman hawa nafsu menjadi manusia Agung yang lebih dari sekedar makna kelahiran manusia secara fisik.

Al Qur’an telah melahirkan bagi manusia pandangan yang baru tentang alam dan kehidupan; tentang nilai dan tatanan, sebagaimana pula Al Qur’an telah melahirkan bagi peradaban manusia. Sebuah realita sosial yang unik, yang menjadi mulia hanya semata-mata karena Kemahamuliaan dari sumber hadirnya manhaj syariat tersebut.

Fundamental syariat yang dibawakan Al Qur’an dalam genggaman Allah yang Allah teruskan kepada jiwa yang suci (Muhammad, SAW) menawarkan sebuah realitas sosial yang bersih dan indah, yang agung dan luhur, yang lapang dan toleran, yang realistis dan positif, yang seimbang dan harmonis, yang bebas dari hasrat dengki dan khianat, dendam dan permusuhan. (Sayyid Quthb)

Segala bentuk keguncangan yang ada dinuia ini karena lepasnya bimbingan islam kepada kefitrahan manusia, hilangnya kasih sayang, putusnya silaturahim, putusnya hubungan dengan Allah.

Dalam sebuah hadist riwayat Anas, r.a :

“Sesungguhnya rahim itu ikatan yang kokoh dengan Arsy yang berbicara dengan bahasa yang pasif “Ya Allah, sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku”. Allah berfirman: Akulah AR-RAHMAN dan Akulah AR-RAHIM, sesungguhnya Aku mengeluarkan (kata) RAHIM dari namaKU, siapa yang menyambung Aku menyambungnya, dan siapa yang memutus maka Aku juga memutuskannya. (HR. Bukhari)

Islam bukanlah agama paksaan yang membuat manusia jadi tertekan dengan beban yang tidak mampu dijalaninya sesuai kemampuan. Islam memberi ruang gerak kepada umat manusia secara bebas. Islam adalah agama yang mengajarkan konsistensi dalam berbuat amal shaleh, karena yang lebih Allah cintai dari amal perbuatan manusia adalah amal ibadah yang walaupun kecil tapi dailakukan secara terus-menerus.

Nabi bersabda : Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai kemampuan kalian, karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. Amalan yang disukai oleh Allah adalah yang terus menerus walupun sedikit. (HR. Bukhari)

Inilah rahmat yang besar, yang tidak ternilai dengan ukuran nilai materi keduniaan apapun, yang telah Allah taqdirkan di Nangroe Aceh Darussalam dengan Syariat islam ini.

Di Nangroe Aceh Darussalam, Allah telah pancarkan Oasis, mata air yang bening, kemilau melepaskan kita dari dahaga dalam perjalanan yang melelahkan.

Di kampung-kampung dan setiap pelosok Aceh ini masih bergema ‘kalimah thaibah”, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, majelis-majelis zikir masih hidup dan terus berkembang memastikan bahwa Aceh adalah “serambi mekah”. Beribu-ribu santri dan anak-anak lulusan sekolah agama dan umum terus mengukir prestasi sebagai generasi Qur’ani. Generasi yang tangguh yang membutuhkan perhatian kita, uluran tangan kita semua; membutuhkan perhatian yang sangat utama dari  pemerintah untuk menyelamatkan mereka dan menjadikan mereka “generasi yang tangguh” paripurna, berkarakter.

Tidak ada kecuali sebagai orang beriman, sebagai khalifah Allah di bumi ini kita dituntut untuk melakukan amal saleh. Membangun Nangroe Aceh Darussalam dengan bingkai syariat islam dengan menyelamatkan generasi yang kita maksud di atas. Itulah makhluk hidup di bumi ini dalam masa yang singkat, kita harus mampu mengukir karya yang menjadi amal shaleh. Allah menguji kita siapa yang paling bagus amalnya.

(Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun; QS. Al Mulk ayat 1-2)

Allah akan menguji siapa paling bagus amal kita walau aml sedikit secara kuantitatif tetapi akan besar nilainya karena keikhlasan.

Dalam kehidupan ini banyak yang mengaku telah berbuat kebajikan tetapi kadangkala tanpa dibarengi oleh niat yang suci dan keikhlasan maka yang dilakukan adalah sebaliknya, dia sedang melakukan kehancuran.

Yang artinya : “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al Baqarah : 8 – 12).

Sebagaimana juga Allah berfirman dalam surat Al Balad ayat 14 –Yang artinya : “atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat”.(Q.S Al Balad ayat 14 – 20). []

* TARMIZI A. KARIM, Penjabat Gubernur Aceh

** Materi Khutbah Jumat (10/2) ini disiarkan atas kerjasama redaksi acehkita.com dengan Tabloid Jumatan Gema Baiturrahman. Versi daring tabloid ini bisa diakses di alamat: www.gemabaiturrahman.com.

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU