BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Seniman tutur Aceh, Muda Belia (29) bertekad mencatat rekor MURI dengan bertutur hikayat selama 26 jam non-stop. Aksi ini dilakukannya di situs tsunami, Kapal PLTD Apung, di Punge Blang Cut, Banda Aceh, Sabtu (26/12).
Dimulai sejak pukul 16.30 WIB sore, Belia akan terus berhikayat seputar kondisi Aceh yang ia ketahui, hingga mencapai 26 jam. Angka 26 disemat dari tanggal terjadinya bencana tsunami Aceh. “Jika Belia sanggup, besok malam akan diselesaikan,” kata T. Afifuddin, kordinator acara ini, kepada acehkita.com.
Selama ini, di catatan MURI belum ada penuturan hikayat yang dilakukan dalam waktu lama. Muda Belia, kata Afifuddin, bertekad mencatat rekor itu lewat keahliannya.
Belia bertutur dengan bahasa Aceh, kadang bercampur Melayu, dengan gaya Adnan PMTOH yang sesekali memukul bantal, di atas pentas kecil dan diterangi lampu. Ia siap tak tidur dan terus bercerita untuk menggapai tekadnya.
“Tim medis sudah memeriksa kesehatannya, dan sudah dinyatakan fit,” ujar Afifuddin.
Jika Belia sanggup melakukannya, aksi dia akan disahkan oleh pihak notaris di Banda Aceh, yang sudah ditunjuk untuk menjadi saksi, kemudian diserahkan ke MURI di Jakarta.
Selain mencatat rekor MURI, kata Afifuddin, Muda Belia juga bertekad ingin bertutur hikayat selama tujuh hari berturut-turut.
Selain menutur hikayat, Belia juga melakukan aksi gerakan Rp1.000 dari Sabang hingga Merauke. Acara ini direncanakan dimulai sejak 1 Januari 2010 di Kilometer Nol, Sabang, yang selanjutnya akan diteruskan seluruh ke Indonesia. Aksi ini adalah ajakan menyumbang Rp1.000 per jiwa rakyat Indonesia, untuk melunasi hutang Indonesia yang mencapai ratusan triliun.
Belia, pria kelahiran Seneubok Alue Buloh, Bakongan, Aceh Selatan. Sejak umur 11 tahun, murid Tgk. Adnan PMTOH, penutur kondang Aceh ini, sudah mulai berani berhikayat di acara hajatan di kampung-kampung. Karena itu, ia pun dijuluki dengan si Muda Belia. []