acehvideo.tv

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Mariana gembira begitu sang adik mengabari ingin kembali dari Malaysia dan menetap di kampung bersama keempat anaknya. Namun kegembiraan itu tak bertahan lama, karena ia memperoleh kabar kapal yang ditumpangi sang adik, Nurlela, karam di perairan Sabak Bernam, Selangor, Malaysia, Kamis (3/9/2015) dinihari.

Nurlela, 41 tahun, memilih kembali ke kampung halamannya di Desa Julok Sukon, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, melalui jalur laut dengan kapal pengangkutan tidak resmi. Para imigran menyebutnya sebagai jalur belakang. Kapal kayu berukuran 12,2 meter itu mengangkut 70 warga negara Indonesia lain yang sejatinya akan berlabuh di Pangkal Pinang, Kepulauan Riau.

Sayangnya, dalam perjalanan kapal itu kandas di tengah laut. 19 korban ditemukan selamat, termasuk 10 warga Aceh. Sedangkan 63 lainnya ditemukan meninggal. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri dikirim untuk membantu otoritas Malaysia mengidentifikasi korban kapal karam.

Nurlela merupakan salah satu korban yang sudah berhasil diidentifikasi. Menurut rencana, jenazah Nurlela akan tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, malam ini.

Mariana menyebutkan, Nurlela tak tahan dengan siksaan yang diterimanya dari sang majikan. Ia memutuskan pulang melalui jalur laut pada tengah malam buta, karena paspornya ditahan sang majikan.

“Paspornya disita sehingga dia tidak dapat ke mana-mana,” kata Mariana kepada wartawan, Selasa (8/9/2015).

Nurlela merantau ke Malaysia sejak Juli 2013 lalu. Di sana ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tahun lalu, ibu empat anak itu sempat pulang ke kampung halamannya karena telah berakhir kontrak.

Namun ia kembali ke Malaysia pada November 2014 dan bekerja pada majikan baru. Saat bekerja untuk kedua kalinya inilah, Nurlela –menurut Mariana– acap disiksa majikan.

Dua hari sebelum Kamis kelabu itu, Nurlela menelepon ke kampungnya, membawa kabar bahwa ia akan segera pulang dan berkumpul bersama anak-anaknya. Mereka semua bergembira, terutama empat anak Nurlela: Ujang Supriadi, 20 tahun; Nurul Aflah, 22 tahun; Putri, 14 tahun; dan Reza Fahveli, 10 tahun.

“Adik saya mau membuat rumah di sini dan tidak ingin kembali ke Malaysia karena tak tahan disiksa,” terang Mariana.

Kegembiraan itu berubah seketika begitu seorang warga Aceh di Malaysia mengabari bahwa Nurlela menjadi salah seorang korban kapal karam. Mereka tak percaya dan berharap Nurlela ditemukan selamat. Tapi, nasib berkata lain. Nurlela ditemukan tak bernyawa.

“Jenazahnya akan sampai hari ini,” ujar Mariana, sembari mengusap air mata. []

GHAISAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.