Saturday, December 7, 2024
spot_img

Chak De India, Tiada Kemenangan Tanpa Kerja Keras

“ Tim Hoki wanita India tidak pernah mencapai sesuatu atau akan mencapai sesuatu, mereka hanya kumpulan para pembantu wanita. Apa yang akan mereka lakukan dengan memakai seragam sambil berlari-lari di lapangan. Tanpa sponsor, tanpa penonton, tanpa tv channel, tanpa media. Siapa pelatih mau melatih tim ini kecuali kemudian menjatuhkan karirnya sendiri.”

Kabir Khan muncul dan menawarkan diri sebagai pelatih. Kemunculannya yang tiba-tiba setelah menghilang selama tujuh tahun dipertanyakan oleh para anggota federasi Hocky India.

Bagaimana tidak, ia dulunya pergi tanpa jejak setelah kekalahan tim Hocky India dari tim Pakistan di babak final.

Kabir sebagai kapten yang karena namanya dan bersalaman dengan tim lawan selepas pertandingan dituduh oleh media sebagai penghianat bangsa dan sudah menjual diri ke Pakistan.

Pemberitaan media membuatnya dan sang ibu diusir dari rumahnya sendiri dan ia dikucilkan dari dunia olahraga.

Kabir sendiri harus melawan stigma ganda: pecundang dan penghianat bangsa. Sebagai kapten tim hoki putra, ia harus menanggung tuduhan sebagai satu-satunya pemain yang bermain untuk tim lawan. Sehingga mereka kalah pada piala dunia hoki.

Tidak ada cara untuk menghapus lebel itu. Kecuali kesempatan kecil yang datang padanya untuk menjadi pelatih tim hoki putri pertama India beberapa tahun kemudian. Dengan mimpi memenangkan piala dunia yang mustahil untuk diwujudkan.

Masalah pertama tidak ada tim, hanya sekumpulan pemain level regional yang datang dari berbagai daerah dengan egonya masing-masing. Pemain senior yang menganggap remeh junior. Mereka menciptakan kubu dalam tim dan melawan pelatih.

Pemain datang dari berbagai latar dari seluruh India. Balbir Kaur dari Punjab yang pemarah. Si tomboy Komal Chautala yang ayahnya takut anaknya tidak akan pernah menikah. Bindiya Naik pemain senior yang angkuh dan selalu melawan pelatih.

Preeti Sabarwal yang tunangannya seorang pemain Kriket dan ingin dia keluar dari tim. Vidya Sharma yang mertuanya ingin ia hanya jadi ibu rumah tangga dan pemain lainnya.

Tim yang compang-camping, tanpa semangat, berantakan, dan tak mau diatur. Kabir meminta mereka bekerja keras setiap hari diawali dengan berlari 10 kilometer setiap subuh dan latihan yang membuat mereka ingin segera mendepak sang pelatih.

Namun perlahan tapi pasti, Kabir menanamkan semangat  dan kekompakan pada para gadis ini. Khan juga digambarkan percaya penuh pada timnya, ia dengan bangga dan bersemangat akan keberhasilan mereka.

Ada aturan ketat yang diterapkan Kabir pada timnya bahwa mereka harus melupakan identitas daerah mereka saat berlatih untuk membela negara.

Memenangkan pertandingan adalah tentang kerja sama tim bukan tentang kesuksesan pribadi. Seluruh peserta menolak awalnya dan berniat memecatnya sebagai pelatih.

 

Menurut Time Of India, media terkemuka di negara anak benua itu, peran Shah Rukh Khan sebagai Kabir di Chakde India menjadi salah satu yang terbaik dalam performanya sebagai aktor.

Ia memperlihatkan kematangan dan kedewasaaan dalam berperan  yang masuk langsung dari hati dan memikat tanpa banyak gaya.

Film ini bisa meramu patriotisme dan melawan bias gender perbedaan kasta. Serta membuat kritik terhadap penguasaan mayoritas di tingkat regional kepada masyarakat minoritas. Menariknya, semua dilakukan dengan kepekaan tinggi dan bijaksana tanpa menghakimi.

Penampilan para pemain, naskah, dan pengambilan gambar yang luar bisa membuat film ini memukau hingga detik terakhir. Shimit Amnin meramu film dengan sangat baik.

Shimit Amin menggerakkan nada dan tarian-tarian yang bisa menghiasi film Bollywood dengan musik core yang menawan mengiringi latihan tim.

Hanya Khan bintang dalam Chakde India dan pastinya ia membawa beban yang cukup berat untuk kesuksesan film ini. Pemilihan 16 aktris menjadi proses yang sangat rumit karena mereka harus bisa bermain sambil berakting.

Sebuah kemah pelatihan digelar selama enam bulan. Di mana mereka harus belajar aturan main, mengikuti kelas akting, dan mengikuti diet yang ketat layaknya atlet.

Menurut sang sutradara belajar hoki sangatlah sulit. Karena mereka harus tahu cara memegang tongkat serta berlari memukul bola dan cara bermanuver sehingga tidak kelihatan palsu dilayar.

Pemain juga harus mengucapkan dialog dengan nada tertentu. Para aktor berlatih dalam sejumlah sesi sebelum film mulai proses syuting.

Jadwal kemah dimulai pada pukul empat pagi dimulai dengan lari pagi dan berakhir pada jam 11 malam setiap harinya.  Chak de India juga difilmkan di Australia (Melbourne dan Sydney) untuk adegan pertandingan piala dunia hoki.

Reelsports Solutions menyediakan 90 pemain hoki dan 9.000 tambahan pemain pendukung.

 

Film ini juga manampilkan bahwa tidak ada kemenangan yang instan. Semuanya ada keringat kerja keras dan harga yang harus dipertaruhkan. Tim ini jatuh bangun berjuang untuk negara. Membuat film ini menjadi pemenang sepanjang ceritanya.

Naskah yang ditulis oleh Jaideep Sahnia sangatlah sederhana dan tidak ada kejutan yang dramatis di dalamnya. Tapi ia memiliki gaya yang memadukan semua elemen khas dari film tentang olahraga.

Ada tiga pembagian film seperti babak-babak pada pertandingan dan semua itu sangat rapi dan menyatu dengan baik. Ada siasat, penyerangan, dan eksekusi yang tepat.

Adegan demi adegan menarik penonton untuk mendukung tim yang ada. Bagaimana kita tidak mendukung tim yang tidak diperhitungkan, pemain yang ditertawakan oleh keluarga mereka sendiri, diejek oleh asosiasi, dan terus bertengkar satu sama lain.

Bagaimana kita tidak membela seorang pria yang dihukum karena kejahatan yang tidak dilakukannya.

Meski alurnya lambat pada awal film, namun adegan-adegan tongkat dan bola hoki yang indah menjadi pesona yang mehanyutkan. Ke-16 perempuan ini menyatu dalam narasi memikat hingga sepanjang film.

Sang sutradara dapat menyatukan semua premis yang tepat ketika ia membangun perlawanan antara gadis dalam tim. Menyajikan stereotip budaya tanpa menyinggung.

Bagi pengemar film olahraga semangat sejati yang anda cari ada di sini. Bahkan yang tidak terbiasa melihat pertandingan ini akan menikmati setiap adegannya tanpa rasa bosan.

Jaideep Sahni mengerjakan naskah setelah melakukan banyak penelitian. Ia menghabiskan banyak waktu di lapangan dan berbincang dengan pemain hoki.

Inspirasi yang diambil dari kemenangan tim hoki wanita India pada piala 2002 Commonwealth Games dan menulis tokohnya sedikit mirip dengan pelatih tim itu, Maharaj Krishan Kaushik.

Namun sebuah kebetulan yang tidak disengaja terjadi, karena menurut Kaushik tokoh fiktif itu mirip dengan kisah hidup dari Mir Ranjan Negi seorang pemain hoki yang mengalami kejadian yang sama pada pertandingan Asian Games 1982.

Ketika media menyebut ini kisah dari Negi, tim produksi menolaknya karena mereka sudah merampungkan naskah hampir satu tahun sebelum ia bertemu Negi.

Jaideep Sahni membuat kisah bagaimana sebuah tim menjadi pemenang setelah banyak harapan hilang. Film ini juga menyindir bagaimana dalam olahraga sering kali seorang pemain dikambinghitamkan karena buruknya penampilan tim.

Kaushik akhirnya dijadikan pelatih selama pelatihan dan mengajarkan semua kru film tentang hoki lapangan. Rob Miller asisten sutradara untuk aksi olahraga dan koreografi adegan olahraga dan bekerja dengan Negi untuk melatih para aktor.

Tentang bekerja dengan Khan, Negi ingat bahwa segala sesuatu telah direncanakan termasuk tendangan penalti yang terlewatkan diawal film.

Adegan ini sendiri diambil hampir selama 20 jam. Negi meminta banyak pendapat banyak pemain setimnya untuk membuat adegan senyata mungkin.

“Tapi yang lebih penting, itu sangat mudah bekerja dengan SRK. Dia luar biasa sederhana dan mau melakukan sebanyak yang kami inginkan”.

Pertama kali tayang pada  9 Agustus 2007 di Somerset House dan ditonton oleh lebih 2.000 dan dirilis di India pada 10 Agustus 2007.

Segera setelah itu menjadi tontonan favorit selama perayaan ulang tahun kemerdekaan Hindustan. Film ini menduduki posisi box office selama dua bulan pertama setelah penayangan.

Chakde juga telah menjadi sebuah karya yang berpengaruh dalam dunia olahraga di India. Kini lagu Chakde India diputar dalam beragam kegiatan olahraga. Lagu ini bahkan hampir dinobatkan sebagai lagu olahraga negara. Terlebih lagi setelah Piala Dunia Cricket pada tahun 2011, slogan film ini menjadi penyemangat wajib.

Selain itu semagat film ini juga digunakan oleh federasi hoki India untuk memperbaiki sistem dan melakukan perekrutan anggota tim seperti yang dilakukan dalam film ini.

Situs Rotten Tomatoes memberikan rating 91 persen untuk film ini. Matacritic memberikan poin 68 dan nilai rata-rata favorit. BBC memberikan 4 bintang dari 5 yang ada dan pujian lainnya dari pengamat film.

Film olahraga tentang hoki lapangan ini yang diproduksi oleh Aditya Chopra juga memperoleh banyak penghargaan. Di antaranya di Ajak Filmfare, Screen Award dan lainya.

Film ini juga mendapatkan penghargaan Film Nasional sebagai film populer terbaik yang memberikan hiburan yang sehat. Pada 30 Agustus 2007, Academy of Motion Picture Arts and Sciences meminta salinan naskah  untuk ditempatkan di perpustakaan Margaret Herrick.

Kalimat Chak De menurut Shah Rukh Khan dalam sebuah ceramah yang disampaikan di Universitas Edinburgh, merupakan seruan inspiratif yang menyiratkan keinginan untuk bangun dan melanjutkan perjuangan.

Ia menerima peran ini sebagian alasannya karena nostalgia pada masa kuliah dulu saat menjadi pemain hoki.

Namun dibalik itu semua, ternyata SRK –begitu Khan biasa dipanggil– tidak yakin pada karya ini dan ia mengira itu akan menjadi salah satu film terburuknya.

Namun doa yang ia panjatkan dalam film terjawab (Nasrun minallah wa Fathun karib). Mereka pun membuat keajaiban.

Ketika karakter yang ada sudah memikat hati dan anda bersama mereka. Itulah yang membuat sebuah film menjadi pemenang pada akhirnya. []

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
25,100SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU