HANYA sepekan setelah penulis J.K. Rowling menandatangani boikot terhadap budaya Israel, lebih dari 300 akademisi dari pelbagai universitas Inggris mengumumkan bahwa mereka memboikot kampus Israel.
Boikot ini merupakan bentuk protes terhadap pelanggaran hak asasii manusia yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Para akademisi menyebutnya sebagai “pelanggaran hak asasi manusia yang tidak bisa ditolerir”.
Seperti dikutip dari TIME, sebanyak 345 akademisi mengumumkan pernyataan boikot ini melalui sebuah iklan satu halaman penuh di koran The Guardian, Selasa (27/10/2015). Pada pengumuman itu, sebanyak 345 akademisi yang terdiri atas dosen dan profesor itu menulis “Sebuah Komitmen dari Akademisi Inggris untuk Hak-hak Rakyat Palestina”.
Pada iklan itu juga disebutkan bahwa para akademisi “sangat terganggu oleh pendudukan ilegal Israel terhadap tanah Palestina, pelanggaran hak asasi yang tidak bisa ditolerir itu berefek pada semua lini rakyat Palestina, dan tekad yang tampak jelas untuk menolak setiap penyelesaian yang layak”.
Para akademisi menyatakan bahwa mereka tidak akan menghadiri semua undangan, memberikan referensi, bekerjasama atau berpartisipasi pada penggalangan dana, mengorganisir atau mensponsori lembaga pendidikan Israel.
Sikap ratusan akademisi Inggris ini dikecam oleh pemerintah Inggris dan Israel. Duta Besar Inggris untuk Israel David Quarrey kepada The Guardian menyatakan, Inggris “sangat berkomitmen” untuk mempromosikan dan membantu dunia akademik dan keilmuan dengan Israel.
Kedutaan Besar Israel di Inggris menyataan bahwa “gerakan boikot itu hanya bertujuan untuk menabur kebencian dan keterasingan antara kedua sisi, daripada mempromosikan hidup berdampingan”.
Sikap boikot 345 akademisi ini hanya sepekan setelah penulis novel Harry Potter, J.K. Rowling, bersama 150 artis Inggris menandangani seruan boikot budaya Israel. []
TIMEÂ | FOTO: AFP
