SIGLI – Pusat Koperasi Kakao Aceh melakukan ekspor kakao sebanyak 20 ton, bersamaan dengan hibah mobil operasional kepada Sembilan koperasi primer di Aceh. Acara yang difasilitasi oleh Action Aid Australia – Yayasan Keumang melalui program Kakao Aceh tersebut dilakukan di kantor Pusat Koperasi, Glumpang Tiga, Pidie, 15 Agustus 2012.
Ikut hadir Wakil Bupati Pidie M Iriawan, Project Coordinator AAA, Kevin McCaurt dan Direktur Keumang Yusri Yusuf serta sejumlah pejabat dinas di kalangan Pemerintah Pidie, perwakilan Pemerintan Aceh Utara dan Aceh Timur.
Direktur Keumang Yusri Yusuf mengatakan, hasil kakao yang dipasarkan tersebut dikumpulkan dari Sembilan koperasi primer yang berada di tiga kabupaten binaan program; Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur. “Kakao itu diekspor melalui sebuah perusahan di Medan,” katanya.
Pemasaran kakao untuk diekspor sebanyak 20 ton adalah yang kedua kalinya, sebelumnya pada Maret lalu, kakao dari Pusat Koperasi juga telah diekspor sebanyak 9,5 ton. Dalam kesempatan seremonial tersebut, Sembilan Koperasi Primer juga dihibahkan masing-masing satu unit mobil Pick Up jenis Mitsubishi L – 300 sebagai alat operasional koperasi.
MenurutYusri Yusuf, Program Kakao Aceh yang didanai oleh Multi Donor Fund (MDF) telah bejalan dua tahun dan berakhir bulan ini, telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat di tiga kabupaten binaan. Petani kakao setelah dididik telah mampu meningkatkan produksi kakaonya, yang rata-rata telah mencapai 1,2 ton – 1,5 ton pertahun perhektar. “Dulunya petani hanya mampu menghasilkan 500 kilgram pertahun perhektar,” kata Yusri.
Dia mengatakan koperasi tersebut diharapkan mampu terus berkembang walaupun Program Kakao Aceh telah berakhir pendanaannya oleh MDF. Tetapi kata Yusri, Yayasan Keumang akan terus mendampingi petani dengan memberikan masukan-masukan kepada pemerintah daerah.
“Semua harus punya tekad yang besar, kita yang pertama di Aceh punya pusat koperasi kakao, bahkan di Sulawesi pun serta bagian lain Indonesia, belum ada Pusat Koperasi Kakao,” ujarnya.
Selain membentuk dan membina koperasi, Program Kakao Aceh juga memberikan berbagai pelatihan kepada petani di wilayah program, membantu petani lahan baru, serta memberikan berbagai peralatan berkebun. Total penerima manfaat program adalah 5.200 orang petani kakao, yang juga anggota koperasi.
Sementara itu Wakil Bupati Pidie, M Iriawan mengatakan bukanlah hal yang mudah dalam membangun operasi di Aceh. “Pengalaman saya selama 21 tahun pernah bekerja di dinas koperasi, melihat tidak ada satupun koperasi di Pidie yang bertahan lama,” ujarnya.
Dia mengakui program yang dijalankan telah bagus dan Pemerintah Daerah Pidie akan berusaha meneruskan pembinaan kepada petani dan koperasi kakao. “Lahan kakao di Pidie luas, ada 9.520 hektar. Hampir sebagian besarnya layak disebut hutan kakao dan belum semuanya produktif,” ujarnya.
Iriawan mengatakan pada umumnya harapan petani sama dengan pemerintah, melihat bagaimana semua koperasi bisa berkembang sehingga menciptakan kesejahteraan bagi petani kakao. Program Kakao Aceh akan dijadikan model bagi pembinaan petani ke depan, khususnya di Pidie.
Seorang petani dari Aceh Utara, Adnan Marzuki berharap pemerintah dapat mengupayakan harga yang lebih baik bagi kakao di Aceh. “Kami juga berharap ada pabrik kakao di Aceh sehingga bisa mendongkrak pendapatan petani,” ujarnya.
Mengenai hal tersebut, Wakil Bupati Pidie yang baru sebulan menjabat mengatakan akan mencoba mencari solusi mengenai hal tersebut. “Sampai saat ini belum ada investor yang tertarik ingin membangun pabrik, saya belum mampu menjawab ini, kita akan membahas bersama nanti,” ujarnya.
Iriawan mengakui akan menyampaikan keinginan para petani kepada Gubernur Aceh dan Wakil Gubernur, untuk dicarikan solusi bagi kesejahteraan masyarakat. []