BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Dunia mengakui politik-ekonomi Aceh hebat pada abad 15 dan 16 Masehi. Cina yang terkenal dengan siasat dagangnya dan telah berhasil menguasai perekonomian sejumlah bangsa di dunia, tak berdaya saat berhadapan dengan Aceh.
Hal itu dikatakan Guru Besar Islamic Studies National Cheng Chi Universitas Taiwan, Prof. Nabil Chan Kuan Lin, dalam seminar international ‘Aceh Dalam Rekaman Sejarah Cina’ di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, Jumat (5/2).
Tak berdaya, Cina yang menggalang misi dagang untuk menguasai perekonomian Aceh, karena poltik ekonomi yang dijalankan Aceh saat itu tergolong licik.
Di sekitar abad ke-15 Masehi, Cina berhasil menguasai kawasan nusantara dan kerajaan diwajibkan membayar upeti (pajak) kepada mereka. “Tapi, Cina tidak pernah berhasil menaklukkan Aceh,” kata dia dalam bahasa Inggris di hadapan lebih 150 peserta seminar di Universitas Syiah Kuala. M. Adli Abdullah, dosen Fakultas Pertanian, menjadi penerjemah Nabil.
Aceh memang ikut membayar sebagian penghasilan negara kepada Cina kala itu. Namun, kata dia, Kerajaan Pasai yang berkuasa di Aceh, memberinya sebagai hadiah atau fee dagang antara Aceh dengan Cina.
Bangsa Aceh dulu juga dikenal punya siasat dagang tinggi, serupa Cina. Saudagar Aceh, menggirim produk alam yang merambah hingga ke pasar benua Eropa dan Amerika.
Hubungan antara Aceh dan Cina sudah terjalin sejak berabad silam. Hubungan bilateral akrab terikat di abad 16 Masehi, saat Dinasti Ming berkuasa di Cina.
Sebagai simbol kemesraan hubungan kedua negara, Dinasti Cina ikut menyerahkan satu lonceng kepada Kerajaan Pasai yang dipimpin Sultan Zainal Abidin saat itu. Lonceng diserahkan oleh laksamana perang tersohor Cina, Cheng Ho, yang transit di Aceh pada tahun 1409 silam. Bukti sejarah itu kini tergantung di pekarangan meseum Aceh di Banda Aceh.
Cina sudah masuk pengaruh Islam, jauh sebelum Aceh belum mengenal Islam pada abad ke-7. Konon, Islam di sana dibawa langsung oleh Ibnu Waqas, sahabat Nabi Muhammad SAW. Namun, Aceh dan Cina hanya menjalin hubungan bilateral dalam ekonomi.
Menurut Dr. Husaini Ibrahim, kepala Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Syiah Kuala, bangsa China sudah mengenal Aceh sejak lama.
Pada tahun 671 masehi, seorang pengembara Budha dari Cina I-Ching sudah mencatat perkataan Po-Sse (Pasai) dan menceritakan tentang masuknya Islam di nusantara dan sebagian Asia Tenggara. []