PARIAMAN | ACEHKITA.COM — Kepala Puskesmas Kinali Kabupaten Pariaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, mengeluhkan terbatasnya tenaga medis di wilayah tersebut. Luasnya wilayah yang terkena dampak gempa membuat jumlah pasien meningkat, sementara jumlah dokter sangat terbatas.
“Kalau obat sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan, jadi kalau habis tinggal ambil. Tapi dokter cuma dua di kecamatan ini, padahal yang dilayani berasal dari 7 korong (dusun-red) yang jiwanya mencapai seribuan,” kata Kepala Puskemas Kinali Budi Sujono kepada acehkita.com, Minggu (11/10).
Budi mengatakan, mengatasi meningkatnya pasien pascagempa, pihaknya juga menjadikan Puskesmas Pembantu dan Pos Pelayanan Terpadu sebagai posko kesehatan bagi korban gempa. Namun para korban hanya dilayani oleh perawat dan bidan.
“Kemarin pascagempa sudah ada tim dokter dari pemda kabupaten, tapi dokter gak bertambah,” ungkap Budi.
Menurut Budi meningkatnya jumlah pasien karena sebahagian korban masih bermalam di luar rumah. Selain itu, sistem sanitasi dan trauma psikologi setelah gempa membuat korban rentan terserang penyakit.
“Yang perlu dipastikan cepat adalah apakah pascagempa cara hidup korban sudah sehat, seperti tersedianya air bersih, jamban maupun tempat tinggal. Kalau itu belum tercapai, jumlahnya akan terus meningkat,” tuturnya
Di Kecamatan Kinali ada 540 rumah yang tidak layak huni, sehingga warga harus bermalam di luar, kata Budi. “Mereka tak bisa dibiarkan berlama-lama di bawah tenda, jika dibiarkan jumlah pasien akan terus meningkat,” ujarnya.
Budi berharap tenaga medis yang telah dikirim untuk membantu korban gempa 7,6 SR yang menimpa Sumatera Barat, tidak hanya berpusat di kota Padang.
“Menang banyak dokter yang masuk pascagempa, tapi banyak yang berpusat di Padang. Padahal tenaganya sangat dibutuhkan untuk memperkuat tenaga medis di Kabupaten,” ujarnya. []