BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Ancaman tembak yang diterima bakal calon anggota legislatif (caleg) perempuan dari Partai Nasional Aceh (PNA), Zuhra, merupakan gejala awal munculnya praktik kekerasan dalam pemilu 2014 mendatang.
Hal itu disampaikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Aceh, Destika Gilang Lestari, menanggapi teror yang diterima Zuhra, warga Gampoeng Lampisang Tunong, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar, yang mencalonkan diri sebagai caleg DPRK setempat dari PNA.
“Ini merupakan gejala awal mulai munculnya praktek kekerasan dalam Pemilu Legislatif di Aceh,” kata Gilang kepada wartawan di Banda Aceh, Rabu (25/4/2013).
Menurut Gilang, ancaman yang dialami oleh salah seorang caleg dari PNA itu hendaknya disikapi serius oleh Pemerintah Aceh. Sebab, jelasnya, pemakluman terhadap satu praktik kekerasan akan melahirkan kekerasan susulan dan dikhawatirkan juga akan meluas.
“Kami menyarankan kepada Pemerintah Aceh untuk melakukan langkah-langkah cepat guna mendinginkan suasana, salah satunya dengan menggelar pertemuan lintas partai dan stakeholders keamanan di Aceh untuk membangun komitmen bersama mendukung pemilu damai dan bebas dari segala bentuk kekerasan,” harapnya.
Selain itu, Koordinator Kontras Aceh mengharapkan agar pihak kepolisian memproses secara hukum pelaku pengancaman dan peneror yang telah terjadi atau akan terjadi menjelang Pemilu. “Dengan demikian gejala awal munculnya kekerasan tersebut tidak akan berlanjut ke arah yang lebih serius,” jelasnya.
Kontras Aceh juga berharap seluruh pimpinan partai yang akan bersaing pada Pemilu 2014 menghindari sikap saling tuding terhadap peristiwa kekerasan yang terjadi. Karena tindakan itu justru semakin mempertajam gesekan antar pendukung di lapangan. Kontras juga meminta kepada semua kontestan Pemilu untuk menjadikan pelaku kekerasan sebagai musuh bersama.
“Kami meminta semua kontestan Pemilu di Aceh agar terus menerus mengontrol seluruh kader dan simpatisannya untuk bertarung secara fair dan bebas dalam pesta demokrasi perlaksanaan pemilihan umum (Pemilu) anggota Legislatif Aceh 2014 dan menghindari segala bentuk praktik kekerasan,” ujarnya.[]