Siswa SMA di Banda Aceh berdoa menjelang pelakanaan ujian nasional di Stadion Lhoong Raya, Banda Aceh, Jumat (3/4/2015). | FOTO: Amal/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Orang tua dua siswa SMK Negeri 3 Meulaboh, Kamis (9/4/2015), menangis histeris di hadapan kepala sekolah. Mereka meminta agar anaknya bisa ikut ujian nasional (UN) pada 13-15 April 2015.

Kejadian ini sempat menarik perhatian para guru dan siswa yang sedang belajar. Tapi Kepala SMK N 3 Meulaboh Mega Handriana, mengelak dan meninggalkan keluarga siswa tersebut di dalam ruang kerjanya.

“Saya no coment, soal anak mereka sudah selesai,” tegasnya.

Dua siswa Kelas-3 SMKN 3 Meulaboh SI (18) dan Ak (18) tidak diusulkan nama oleh pihak sekolah sebagai peserta UN 2015, karena masih menjalani hukuman penjara enam bulan akibat melakukan tindak kriminal pencurian.

Keluarga siswa itu memperjuangkan agar anak mereka mendapat hak mengikuti UN. JIkapun tidak di sekolah maka diberikan di dalam tahanan LP Kelas II-B Meulaboh, karena anak mereka sudah mengikuti proses belajar mengajar sampai semester V.

Namun, pihak sekolah telah mengeluarkan kebijakan internal bahwa kedua siswa tersebut sudah dicoret namanya dan dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat setelah divonis pidana kurungan penjara oleh pengadilan.

Sejumlah wartawan berupaya minta konfirmasi pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat. Keluarga siswa terpidana ini akhirnya difasilitasi pertemuan dengan pihak dinas oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Meulaboh.

“Perlu diketahui sebenarnya kalau secara sekolah kami sudah keluarkan anak ini secara tidak hormat karena anak ini mencuri di sekolah sendiri, ibarat dia mencuri punya ibunya sendiri,” tegas Mega Handriana seraya menyatakan bahwa kebijakan itu adalah keputusan Dinas Pendidikan.

Ratna Sari (40) ibu SI menyatakan hingga kedatangannya ke sekolah hari Kamis ini, mereka tidak pernah menerima surat atau pemberitahuan bahwa ada kebijakan sekolah mengeluarkan anaknya.

“Sampai saat ini saya belum terima ada surat tertulis ataupun penyampaian secara lisan anak saya dikeluarkan. Kalau sudah tahu untuk apa kami perjuangkan harus ikut UN tahun ini karena mereka akan bebas pada 26 April, tanggung sekali waktunya,” katanya.

Hal senada disampaikan Nurbaiti ibu dari Ak. Ia mengaku sudah berupaya mengikuti saran dari pihak Dinas Pendidikan yang ditemui sebelumnya agar anaknya tersebut didaftarkan dalam ujian paket C.

“Begitu kami temui pengelola paket C katanya sudah terlambat, sementara kepala sekolah anak saya bilang belum lagi dibuka pendaftaran untuk ujian paket untuk tahun 2015. Kami dijadikan bola,” katanya.[]

ANTARA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.