Wali Nanggroe Malik Mahmud menyambut kedatangan Wapres Jusuf Kalla saat transit di Lanud SIM, Aceh Besar, dalam perjalanan ke Arab Saudi, Sabtu (24/1/2015). | FOTO: Adi Gondrong/HUMAS PEMERINTAH ACEH

JAKARTA — Penanganan tsunami di Aceh menjadi model dalam menangani bencana yang terjadi di pelbagai belahan dunia.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla di hadapan peserta forum internasional World Conference on Disaster Risk Reduction ketiga di Sendai, Jepang, Sabtu (14/3/2015). Konferensi ini juga menghadirkan sejumlah delegasi dari Aceh, termasuk Walikota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal.

Wapres Jusuf Kalla tampil berbagi pengalaman Indonesia dalam menangani bencana alam terbesar di dunia.

“Pengalaman Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami melanda pada 2004 lalu, kami mulai meningkatkan upaya kami untuk memaksimalkan penanggulangan bencana dengan mengalihkan paradigma dari tanggap darurat dan pemulihan ke pendekatan yang lebih komprehensif,” ujar JK saat berpidato di Sendai, Jepang, seperti dilansir CNN Indonesia, Ahad (15/3/2015).

Tsunami menghantam Aceh pada 26 Desember 2004, setelah gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter mengguncang kawasan itu. Tak hanya Aceh, tsunami juga melanda 13 negara di kawasan Samudera Hindia, termasuk Thailand, Malaysia, dan Srilanka. Sedikitnya 170 ribu warga Aceh –di antara 200 ribu lebih korban tsunami di 14 negara– meninggal dalam bencana alam terbesar dalam sejarah modern manusia.

Selain merenggut nyawa dan membuat lebih 500 ribu warga kehilangan tempat tinggal, tsunami juga menghancurkan daerah sepanjang 800 kilometer garis pantai Aceh. Tsunami menimbulkan gelombang solidaritas dunia. Tercatat, 50 negara sahabat terlibat dalam proses pemulihan kembali Aceh pascatsunami, 10 tahun lampau.

Pemerintah Indonesia memberlakukan tsunami Aceh sebagai bencana nasional, sehingga membentuk sebuah lembaga setingkat menteri, yaitu Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias. Pemerintah juga menetapkan status rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dalam fase empat tahun.

“Dengan waktu yang relatif pendek, yakni empat tahun, kami memperkuat pembangunan masyarakat yang lebih tabah dan tangguh terhadap bencana,” sebut JK.

Penanganan bencana tsunami Aceh tersebut menjadi model bagi dunia, terutama dalam mengorganisasikan bantuan dunia intrnasional. Apalagi, pascatsunami Aceh, 168 negara menandatangani rancangan Hyogo Framework for Action pada 2005. Ini menjadi acuan dalam penanggulangan bencana dunia.

JK menyebutkan, Indonesia memiliki rencana penanggulangan bencana nasional 2014-2019 dan rencana aksi nasional untuk pengurangan risiko bencana. []

CNNINDONESIA.COM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.