BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Penguatan perdamaian dan keamanan manusia dibahas dalam simposium internasional sehari di Gedung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh, Sabtu (8/9).
Simposium yang menggali pengalaman dari lapangan menghadirkan sejumlah pembicara luar dan dalam negeri. Mereka adalah Christopher K. Lamont (University of Gronigen), Rizal Buendia (De La Salle University), Antero Benedict da Silva (National University of Timor Lorosa’e), Kamarulzaman Askandar (USM Penang), Ichsan Malik ( Universitas Indonesia) dan Saiful Mahdi (Unsyiah).
Kegiatan ini digelar atas kerjasama antara Pusat Studi Resolusi Konflik dan Perdamaian Unsyiah dan Japan University Consortium for Peace and Human Security. Simposium itu dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan mulai akademisi, peneliti, mahasiswa hingga aktivis masyarakat sipil.
Simposium itu dibuka Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang diwakili Kepala Dinas Pendidikan Aceh Bachtiar Ishak karena Zaini dikatakan sedang berada di Jakarta.
Gubernur Aceh dalam sambutannya mengisahkan tentang perjalanan panjang perundingan antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sejak Humanitarian Pause tahun 2000 hingga lahirnya MOU Helsinki.[]