KUALA CANGKOI | ACEHKITA.COM — Tiga perempuan paruh baya spontan mengambil kardus bekas makanan ringan. Menenteng kardus, mereka berkeliling areal Tempat Pendaratan Ikan Kuala Cangkoi. Sore itu,  mereka menyapa setiap orang yang berdatangan ke lokasi penampungan 555 imigran gelap asal Myanmar dan Bangladesh.

“Assalamualaikum, sumbangan seikhlasnya,” ujar Akmar, 36 tahun, menyapa warga yang menyesaki pinggiran bangunan yang akan dijadikan musalla bagi imigran itu.

Sore itu, imigran yang selama ini ditampung di GOR Lhoksukon baru saja tiba di TPI Kuala Cangkoi. Otoritas Imigrasi mengumpulkan imigran lelaki di musalla. Sedangkan perempuan dan anak di gedung satunya lagi.

Setiba di Kuala Cangkoi, Imigrasi mendata imigran. Mereka diambil cap jempol. Nama, usia, dan kebangsaan ditulis di selembar kertas, yang kemudian dipegang untuk difoto.

Kedatangan imigran ke Kuala Cangkoi mengundang perhatian warga di desa-desa di Kecamatan Lapang. Pantauan acehkita.com, ratusan warga, tua-muda, inong-agam, berdesak-desakan ingin melihat dari dekat para imigran. Beberapa pemuda berusaha menyapa perempuan Rohingya yang tengah diambil sidik jari oleh petugas Imigrasi.

“Namki,” tanya pemuda itu.

Namki adalah ungkapan untuk bertanya siapa namamu. Sang perempuan paham. “Nur Qamila,” jawab perempuan berkerudung.

Akmar memanfaatkan lautan manusia itu untuk menyodorkan kardus bantuan. Ia berkeliling dari satu bangunan ke bangunan lainnya. Ia dengan ramah menyodorkan kardus berisi uang. Di dalamnya terdapat uang pecahan seribu hingga 20 ribu Rupiah.

“Uang ini untuk beli bantuan yang akan kami serahkan untuk membantu saudara kami dari Rohingya,” kata Akmar kepada acehkita.com, Rabu sore.

Pengumpulan bantuan ini dilakukan spontan oleh Akmar dan dua rekannya. “Kami tergerak untuk membantu mereka. Kasihan mereka sampai kelaparan di tengah lautan,” sebutnya.

Ia dan warga mengaku senang desa mereka dijadikan sebagai lokasi penampungan imigran muslim Rohingya. “Senang. Kami menganggap mereka sebagai saudara. Apalagi mereka kita dengar sedang konflik,” tambah Akmar.

Sore itu, Akmar berhasil mengumpulkan bantuan ratusan ribu, yang kemudian uang tersebut diserahkan kepada posko kemanusiaan yang didirikan di lokasi penampungan.

Hari ini, UNHCR rencananya akan mendata dan mewawancarai para imigran. Public Information Officer UNHCR Mitra Salima Suryono menyebutkan, pendataan ini akan memakan waktu. UNHCR mengerahkan dua penerjemah. Wawancara dilakukan untuk mengetahui mana saja imigran yang membutuhkan perlindungan internasional atau tidak.

“UNHCR akan mencari solusi jangka panjang untuk para pengungsi,” kata Mitra kepada acehkita.com. “Kalau mencari penghidupan lebih baik secara ekonomi (economic migrant) akan kita serahkan kepada negara, apakah dipulangkan atau seperti apa. Tapi kalau butuh perlindungan, itu yang akan kita lindungi.” []

Radzie

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.