Saturday, April 20, 2024
spot_img

Warga Berharap Operasi Buru Teroris Segera Berakhir

LEMBAH SEULAWAH | ACEHKITA.COM – Operasi pemburuan teroris masih terus digencarkan, khususnya di Aceh Besar. Sejumlah warga mengaku, operasi itu telah membuat perekonomian mereka terganggu.

Sejumlah warga Desa Teuladan, Kecamatan Leumbah Seulawah, Aceh Besar yang ditanyai wartawan mengatakan, mereka mengaku tak leluasa lagi pergi ke kebun yang umumnya berada di kaki gunung Seulawah, selama operasi dilakukan di sana.

“Sangat mengganggu, ekonomi kita mengganggu pasti, tapi mau gimana, kita juga takut. Ini kan untuk keselamatan kita juga,” kata Anton (35), warga Teuladan, Selasa (9/3).

Hal itu otomatis mengganggu perekonomian mereka, yang kini sudah sangat dirasakan berdenyut kembali setelah damai bersemi di Aceh sejak 2005 lalu. Mayoritas warga di sana bekerja sebagai petani di perkebunan.

Pun begitu, aktivitas warga lainnya di pemukiman tetap berjalan seperti biasa dan keamanan dijamin kondusif. Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah di sana tetap normal.

Menurut warga, dalam empat hari terakhir, aparat sudah membatasi jam warga berada di perkebunan yang berada di pegunungan, menyusul diintensifkannya penyisiran. “Sekarang cuma sampe jam empat (16.00 WIB),” kata Anton.

Suherman (45), warga lainnya, mengatakan, selama ini pihaknya sering menginap di kebun untuk bercocok tanam atau menjaga tanamannya dari gangguan hama babi, monyet dan serupanya.
Tanaman warga di sana umumnya pepaya, rambutan, langsat, dan tanaman musiman.

Jarak perkebunan warga dengan pemukiman terpaut hingga dua kilometer. Biasanya, warga berangkat pagi dengan membawa bekal dan menginap di kebun.

“Tapi selama ada penyisiran ini nggak berani lagi. Sore kami pulang, besok pergi lagi. Capek sekali kalau terus begini,” ujar Suherman.

Selama tak leluasa lagi bertandang ke kebun, kata Suherman, banyak tanaman warga kini terancam gagal panen karena hama babi, monyet dan lainnya makin leluasa memangsanya.

Keluhan serupa juga pernah disampaikan sejumlah warga Lamkabeu, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar.

Bit Ali misalnya. Lelaki berusia 75 tahun asal Desa Bayu mengeluh, akibat operasi itu mereka juga tak lagi leluasa pergi ke pegunungan. Padahal, di sana banyak tanaman warga dan menjadi salah satu ladang pegembala ternak mereka.

Dia sendiri punya dua lembu milik
majikannya, yang hari-hari selalu digembala sampai ke pegunungan. Malamnya, dibawa pulang kembali ke kandang di belakang rumahnya. “Tapi selama ada operasi ini jadi takut,” kata dia kepada acehkita.com akhir pekan lalu.

Mereka berharap, operasi ini segera berakhir dan Pemerintah harus punya kemampuan menyudahi semua ini, bila perlu melibatkan TNI. Itu semua bertujuan agar mereka bisa menikmati lagi damai yang sudah bersemai selama empat tahun lebih.

“Kami cuma ingin damai saja hidup ini,” kata Anton, saat ditanya harapannya.

“Bisa bekerja dengan nyaman. Karena apalah kami yang kecil-kecil, Cuma mencari nafkah cukup buat makan sehari-hari, jadi jangan diganggu-ganggu lagi,” tambah Suherman, rekan Anto.

Bit Ali sebelumnya juga mengatakan serupa. Menurutnya, perang hanya akan membawa permusuhan dan mereka hanya ingin hidup damai meski tinggal di gubuk sederhana. “Saya hanya bisa berharap dunia ini damai, Aceh aman.”[]

Previous article
Next article
Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU