BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pemerintah Kota Banda Aceh menyangkal memberlakukan jam malam bagi perempuan di ibukota Provinsi Aceh. Instruksi mengenai pembatasan kerja bagi perempuan hingga pukul 23.00 WIB di beberapa bidang usaha dinilai telah dipolitisasi.

Hal itu dikemukakan Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal saat ditemui usai pawai akbar menyambut bulan suci Ramadan di depan Masjid Raya Baiturrahman, Kamis (11/6/2015).

Illiza menyebutkan, pemerintah tidak pernah memberlakukan jam malam bagi perempuan. “Kita gak pernah memberlakukan jam malam,” ujarnya.

Instruksi Walikota No 2/2015 yang dikeluarkan pada 4 Juni lalu, sebut Illiza, hanya mengatur mekanisme pengawasan pelaksanaan usaha di tempat wisata, cafe, warung, warung Internet, sarana olahraga, dan tempat hiburan lainnya.

Instruksi ini menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Aktivis perempuan menilai instruksi ini sangat diskriminatif dan membatasi ruang gerak perempuan. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla ikut mengomentari kasus ini. Kalla meminta agar Banda Aceh tidak memberlakukan jam malam bagi perempuan.

Aktivis perempuan Asiah Uzia menilai kebijakan itu tidak adil. “Ini tidak adil. Jangan hanya bagi perempuan,” ujarnya kepada acehkita.com.

Illiza mengaku heran berkembangnya istilah jam malam bagi perempuan. “Itu salah istilahnya, harus diluruskan. Tidak pernah ada istilah jam malam,” kata dia.

Pemerintah Kota Banda Aceh, kata Illiza, tidak memberlakukan jam malam bagi perempuan. “Gak mungkin di banda Aceh ini perempuan harus dijaga ketat gak boleh beraktivitas,” sebutnya.

Instruksi ini pun hanya menyasar pekerja perempuan di cafe, tempat hiburan, sarana olahraga, dan tempat rekreasi. Sedangkan di swalayan yang beroperasi 24, paramedis, dan pekerja lainnya dibenarkan.

Pembatasan jam bekerja bagi perempuan hingga pukul 23.00 WIB ini, sebut Illiza, bukanlah bentuk pengekangan terhadap perempuan, tapi melindungi mereka.

“Tidak ada diskriminasi. Tidak ada hal-hal yang menghambat perempuan. Perempuan silakan beraktivitas,” ujar Illiza.

Instruksi tersebut, nilai Illiza, juga sudah dipolitisasi oleh sebagian orang. “Ini tahun politis, jangan dipolitisir,” sebutnya. “Islam tidak menghambat kemajuan perempuan.” []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.