Istimewa

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pengantin pria ini memilih menggunakan cara unik untuk diantar ke rumah mempelai perempuan. Sahputra Mustafa, sang pengantin, memilih menggunakan muto gileng pade sebagai kendaraan yang akan mengantarkannya ke rumah dara baro. Ia sempat dianggap tidak waras.

Sahputra Mustafa merupakan warga Desa Reuduep, Kecamatan Panteraja, Pidie Jaya. Senin (23/3/2015) merupakan hari bahagia bagi jebolan Universitas Ubudiyah ini. Pada hari ini, ia akan bersanding di pelaminan dengan gadis pujaan hatinya, Rita Zahara.

Sahputra ingin membuat hari bahagia ini sebagai momen paling berkesan sepanjang hidupnya. Karenanya, ia ingin prosesi intat linto (mengantar pengantin) harus dilakukan dengan cara unik dan tidak mudah dilupakan orang.

Pada suatu hari di tahun 2012, usai panen raya di kampungnya, ia melihat mobil penggiling padi milik pamannya. Saat itu lah, ia berpikir untuk menjadikan muto gileng ini sebagai kendaraan yang bakal dikendarainya ke rumah sang pujaan hati.

Niat itu dipendam. Niat itu kian menggebu-gebu begitu ia mempersunting Rita Zahara pada 6 Juni 2014 lalu. Meski begitu, Sahputra sama sekali tidak membicarakan ide ini kepada sang dara baro.

“Saya tidak menceritakan pada siapa pun,” kata Sahputra kepada acehkita.com, Senin (23/3/2015). “Saya ingin memberikan kejutan kepada istri.”

Hari terus berjalan dan Sahputra makin yakin dengan niatnya untuk memberikan surprise (kejutan) kepada sang istri.

“Saya baru sampaikan kepada ayah dan ibu seminggu sebelum intat linto,” ujarnya.

Tentu saja, kabar ini membuat keluarga besarnya kaget. Bahkan, ia dianggap tidak waras. “Saya ditertawakan. Saya dianggap sudah hang dan ureueng hana paih (stres),” kenangnya.

Namun, Sahputra tetap berkeras ingin menjadikan mobil penggiling padi ini sebagai kendaraan intat linto.

Sahputra meminjam empat mobil giling ini pada sang paman. Mobil itu dihiasi, layaknya mobil pengantaran pengantin. “Setelah selesai saya rias, baru keluarga dan warga menerima ide saya ini,” ujar pria berusia 28 tahun itu.

Pada Senin (23/3/2015) pagi, empat mobil giling ini siap mengantar sang pengantin pria ke rumah istrinya di Desa Peuradeuen. Jaraknya sekitar lima kilometer.

Mobil giling hias itu berjalan beriring-iringan. Mobil pertama ditumpangi imuem meunasah. Di barisan kedua ada kepala desa. Lalu mobil ketiga dikendarai Sahputra Mustafa. Sedangkan di mobil terakhir ada sang ayah dan ibu.

Perjalanan sepanjang lima kilometer itu menyedot perhatian warga di jalan yang dilintasi muto gileng itu. Reaksi mereka, “banyak orang mentertawakan. Tapi saya lihat mereka tampak senang dan gembira,” kata Sahputra.

Tiba di rumah mempelai perempuan, semua tamu tampak terkejut. Tak sedikit di antara mereka tertawa.

Sang istri, Rita Zahara, juga menjadi salah seorang yang terkejut dengan cara intat linto itu. “Memang beutoi lakoe lon ureueng seniman (Memang suami saya seniman –red.),” puji Rita, 25 tahun.

Meski terbilang unik dan lucu, prosesi adat perkawinan Sahputra dan Rita berlangsung lancar. “Sambutan dari masyarakat bagus,” ujar Sahputra. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.