Wednesday, April 24, 2024
spot_img

Ulama Aceh Larang Perayaan Valentine

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Para ulama menyerukan kepada remaja di Aceh untuk tidak merayakan Hari Valentine, 14 Februari. Menurut ulama, Hari Valentine tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Namun, aktivis kebudayaan menilai sah-sah saja perayaan Valentine tersebut.

Kemarin, Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh mengeluarkan larangan peringatan Valentine. Menurut MPU, haram hukumnya umat Islam merayakan hari kasih sayang tersebut.

Sekretaris Jenderal Himpunan Ulama Dayah Aceh Teungku Faisal Ali menyebutkan, saban tahun MPU mengeluarkan larangan agar umat Islam di Aceh tidak merayakan Valentine.

“Sebab dalam kajian keislaman, kasih sayang model Valentine tidak mencerminkan kasih sayang dalam Islam. Jadi kita larang,” kata Teungku Faisal Ali yang juga wakil ketua MPU Aceh kepada acehkita.com, Kamis (14/2/2013).

Pelarangan tersebut, kata pria yang akrab disapa Lem Faisal itu, karena asal-usul perayaan hari kasih sayang tersebut dinilai tidak mencerminkan nilai-nilai Islam.

“Atas dasar itu ulama Aceh melarang anak-anak muda Aceh untuk merayakan Valentine,” ujarnya.

Ulama juga menyerukan agar remaja tidak membeli barang-barang yang menyimbolkan Valentine. “Pedagang juga jangan menjualnya, karena tidak sejalan dengan Islam,” kata dia.

Hari Valentine dirayakan untuk mengenang Santo Valentine yang meninggal akibat dihukum mati paa 14 Februari 270 Masehi. Valentine diklaim sebagai martir karena mempertahankan kepercayaan dan keyakinannya.

Reza Idria, aktivis Liga Kebudayaan Tikar Pandang, menilai sah-sah saja seseorang remaja merayakan Valentine.

“Saya menilai wajar-wajar saja mereka merayakan Valentine, selama tidak melanggar dengan norma-norma agama, tidak apa-apa,” kata Reza Idria kepada acehkita.com.

Menurutnya, perayaan Hari Valentine itu bukan perayaan yang berlandaskan agama Kristen. Sebab, umat Kristen di Eropa tidak merayakan seperti di Amerika.

“itu menunjukkan bagaimana Valentine ini sebenarnya dikendalikan oleh pasar kapitalisme bukan oleh agama lain,” lanjutnya. “Jadi mencari padanannya dengan larangan ikut perayaan hari agama lain tidak cocok.”

Di mata Reza, Hari Valentine mempunyai semangat positif jika dirayakan dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama.

“Semangat positifnya misalnya diarahkan dengan menunjukkan rasa kasih sayang kepada sesama dan keluarga, menghargai perbedaan,” lanjut Reza Idria.

Generasi muda sekarang, kata Reza, sebenarnya hanya meniru tren yang berkembang di masyarakat. Akibatnya, tiap tahun ulama mengeluarkan larangan perayaan Valentine, tapi tetap saja ada yang melanggarnya.

Reza bilang, sayang sekali jika ulama hanya mengulang-ulang seruan yang sama tiap tahun yang tampaknya juga akan dilanggar oleh yang muda.

“Selama contoh dan penjelasan tentang makna kasih sayang dalam Islam yang seharusnya tiap hari ditunjukkan bukan hanya sehari saja, tidak bisa mempengaruhi dan dicontoh oleh yang muda,” lanjutnya.

Sebab, kata dia, anak muda sekarang hanya meniru tren yang berkembang. “Jadi semoga ada kultur pengganti yang bisa dicontohkan bukan hanya larangan,” tandas Reza. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU