BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Sebanyak 26 delegasi Sudan bagian tengah mengunjungi Aceh selama tiga hari sejak Sabtu, untuk mendapatkan pengalaman dan masukan tentang penyelesaian konflik bersenjata di Aceh.
Selama di Aceh, mereka bertemu aktivis masyarakat sipil, akademisi, pejabat pemerintah, anggota DPRA, dan bekas negosiator Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Selain itu, delegasi Sudan juga mengunjungi beberapa tempat terkena tsunami.
Wakil Gubernur Kodofan Selatan, Abdul Aziz, dalam jumpa pers di Banda Aceh, Minggu, mengatakan mereka berasal dari negara bagian Kordofan Selatan dan Blue Nile. Tujuannya untuk belajar tentang implementasi perjanjian perdamaian antara GAM dan pemerintah pusat.
“Kami berperang melawan pemerintah pusat selama 20 tahun bersama saudara-saudara di Sudan Selatan untuk mendapatkan keadilan. Sebagian besar wilayah Sudan Selatan akan referendum tahun 2011, tapi kami tidak ikut karena punya perjanjian sendiri dan akan melakukan konsultasi publik,” kata Abdul.
Alasan mereka tidak mau ikut referendum karena mayoritas penduduk di kedua negara bagian yang berjumlah 5 juta jiwa adalah Muslim, sementara di Sudan Selatan warganya beragama Kristen.
“Kami sekarang dalam masa transisi. Setelah pemilu nasional tahun depan, kami akan lakukan konsultasi publik tentang apa sebenarnya yang diinginkan rakyat,” kata Abdul.
Dikatakan bahwa wilayah tengah Sudan kaya sumber daya alam, tapi mayoritas rakyatnya berada dalam kemiskinan. Itu terjadi karena pemerintah lokal hanya mendapatkan dua persen dari kekayaan yang dimilikinya.
Penasihat Gubernur South Kordofan, Hussein Hamdi, mengaku bahwa pihaknya banyak mendapat masukan, informasi dan pengalaman tentang keberhasilan perjanjian damai antara GAM dan pemerintah Indonesia.
“Salah satu alasan kami belajar di Aceh karena konflik yang kami hadapi punya kemiripan dengan yang terjadi di Aceh. Semua pengalaman dan masukan yang kami dapat selama di sini, akan kami coba terapkan di Sudan sesuai karakteristik masyarakat kami,” katanya. []