BIREUEN | ACEHKITA.COM — Ketokohan Tun Sri Lanang yang pernah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya di Kecamatan Samalanga, Bireuen, diharapkan bisa menjadi perekat dua bangsa serumpun: Indonesia-Malaysia. Sosok perantau asal Johor, Malaysia, ini juga diharapkan bisa menjadi contoh teladan.
“Sosok Tun Sri Lanang menjadi salah satu tokoh penting. Bukan hanya bagi Malaysia, tapi juga kawasan Melayu lainnya di Nusantara, terutama sekali Aceh, karena jejaknya jelas terungkap di Aceh,” kata Sekretaris Daerah Aceh Teuku Setia Budi, saat membacakan sambutan Gubernur, dalam seminar Ketokohan Tun Sri Lanang dalam sejarah Dua Bangsa, di halaman Kantor Bupati Bireuen, di Kawasan Cot Gapu, Kamis (8/12).
Peninggalan Tun Sri Lanang yang monumental, tambah Sekda, yaitu buku Salatus Salatin (Sejarah Melayu) hingga kini menjadi salah satu referensi bagi para ahli sejarah dalam melakukan pengkajian terhadap adat istiadat kerajaan, silsilah, dan sejarah kerajaan Melayu. Di samping sebagai ahli pemerintahan, sosok Tun Sri Lanang juga dikenal sebagai pujangga Melayu.
Sementara Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Gde Pitana, mengharapkan seminar tersebut bisa semakin mempererat kedua bangsa, baik masa lalu, kini, dan masa mendatang. “Seminar ini akan menggali kembali memori kedua bangsa yang telah lama terjalin melalui ketokohan Tun Sri Lanang,” harap I Gde Pitana.
Seminar itu menghadirkan sejumlah pemateri baik dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura, di antaranya Dr Mukhlis PaEni (Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia), Dato’ Sri Abdul Wahid Wan Hassan (Ketua Majelis Ugama Pahang), Djamal Tukimin (Sastrawan Singapura), Pro Dr Dien Madjid MA (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), Dr Oman Fathurrahman (UIN Syarif Hidayatullah), Badruzzaman SH MHum (Majelis Adat Aceh), Dr Edwards Mckinnon (Arkeolog/ Art Historian ISEAS), dan Prof Misri A Muchsin (IAIN Ar-Raniry).
Sedangkan peserta seminar yang berjumlah 200 orang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam terdiri atas sejarawan, akademisi, guru, peneliti, mahasiswa, jurnalis, dan pemerhati sejarah.
Selain seminar, juga ikut dirangkai dengan peresmian Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara di Desa Meunasah Lueng, Kecamatan Samalanga, dan peletakan batu pertama pembangunan Perpustakaan Tun Sri Lanang di Kompleks Sekolah Tinggi Agama Islam Al Aziziyah Samalanga, Bireuen pada Jumat (9/12). Keesokan harinya, para peserta seminar akan mengunjungi sejumlah situs sejarah dan tsunami yang ada di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. []