Thursday, April 25, 2024
spot_img

Soal Duduk Ngangkang: Kita Ini Latah!

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Rencana Walikota Lhokseumawe Suaidi Yahya untuk mengeluarkan kebijakan yang melarang perempuan duduk mengangkang kala duduk di atas sepeda motor dinilai sebagai bentuk kelatahan. Ajaran Islam yang universal jangan hanya dilihat dari kulitnya saja.

Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Dr. Nurjanah Ismail, MA, menyebutkan, perempuan duduk ngangkang kala naik motor tak perlu diatur. Sebab, “Kalau duduk mengangkang di atas sepeda motor itu dimaksudkan untuk keselamatan, tidak apa-apa,” kata Nurjanah Ismail kepada acehkita.com, Kamis (3/1/2013) siang.

Menurut pengajar Ulumul Quran itu, perempuan yang duduk mengangkang kala berboncengan di atas sepeda motor tidak bisa disebut sebagai perempuan yang tidak baik dan melanggar syariat Islam.

“Tidak bisa diklaim bahwa perempuan yang duduk ngangkang itu tidak baik. Yang paling penting itu niat dan tujuannya,” kata penulis buku Tafsir dan Jender itu. “Yang penting harus sopan dan untuk keselamatan.”

Di Malaysia, sebut Nurjannah, semua orang diharuskan duduk mengangkang kala berboncengan di atas sepeda motor. Aturan ini dimaksudkan untuk keselamatan berlalu lintas di jalan raya.

Rencana Walikota Lhokseumawe untuk membuat kebijakan itu, kata Nurjannah, sebagai bentuk latah dalam menjalankan syariat Islam. Beberapa waktu lalu, Bupati Aceh Barat Ramli MS juga menerbitkan aturan kontroversial yang mewajibkan perempuan mengenakan rok.

“Kita ini latah. Dulu pernah ada peraturan yang melarang perempuan keluar malam. Bagaimana misalnya dengan perempuan yang berprofesi sebagai dokter, bidan, yang mengharuskan mereka keluar malam. Jadi tidak bisa digeneralkan begitu,” sebut dosen Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry itu.

Menurutnya, kalau ingin menegakkan syariat Islam pemerintah melarang pacaran muda-mudi yang melewati batas. “Ada juga duduk tidak mengangkang, tapi meuwa-wa di atas kendaraan. Tapi kalau duduk ngangkang namun sopan, ya tidak masalah,” ujarnya.

Jebolan doktor di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menyebutkan, esensi penerapan syariat Islam bukan mengurusi soal perempuan duduk mengangkang. “Tapi melaksanakan semua ajaran yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya,” kata dia.

Untuk itu, ia meminta semua kalangan untuk tidak melihat Islam dari kulitnya saja. “Kalau dilihat dari luarnya saja, itu bisa sangat berbahaya,” papar Nurjannah, “bisa-bisa Islam yang indah dan rahmatan lil alamin justru akan menjadi kasar dan tidak humanis.” []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU