BANDA ACEH | ACEHKITA.COM-Tampil memberikan materi “Pengembangan Budaya dan Seni: Perspektif Syariat Islam” pada Pembinaan Seniman Muda Islam, Ahad (29/9), Profesor Al Yasa’ Abubakar mengemukakan keprihatinannya tentang perkembangan seni di Aceh yang kurang Islami.
Ia menekankan agar para seniman muda Aceh tidak meninggalkan nilai Islami dalam setiap karyanya. Para seniman muda Aceh ditantang untuk menghasilkan karya seni Islami, sebagaimana para ulama masa lalu yang berkreasi lewat seni seulaweut.
Menurutnya, suatu karya seni dapat dikatakan Islami jika memenuhi lima landasan nilai, yaitu nilai tauhid, nilai manfaat dunia akhirat, nilai efektifitas, nilai efisiensi, dan berorientasi masa depan.
“Sebagai seniman muda agar selalu mengevaluasi diri, apakah karya yang dihasilkan membawa kebahagiaan dunia akhirat, atau justru menjadi stimulus bagi hal-hal negatif. Sebab tidak jarang sebuah karya seni justru mengandung ajakan pada perilaku yang tidak senonoh,” ujar Al Yasa’.
Secara terpisah, Kanwil Kemenag Aceh, Ibnu Sa’dan menyampaikan harapanya agar lewat pembinaan tersebut dapat menjawab keresahan di kalangan agamawan. “Setidaknya pembinaan ini dapat menginspirasi para seniman muda Islam sehingga lahir karya seni Islami untuk mengantisipasi maraknya seni yang tidak Islami,” pungkasnya.
Kegiatan Pembinaan Seniman Muda Islam yang diselenggarakan Bidang Penaiszawa (Penerangan Islam, Zakat dan Wakaf) Kemenag Aceh di Hotel Kuala Radja tersebut, berlangsung selama empat hari, terhitung mulai 28 September-1 Oktober 2013.[]