Bongkahan batu bata bertumpukan. Besi pondasi melonjong ke atas. Atap berserakan, bukan lagi di atas. Dinding telah musnah, rata dengan tanah. Di atas itulah beberapa personil tim gabungan bersatu untuk sebuah tujuan: keselamatan kemanusiaan.
Pakaian lusuh berhimpitan antara reruntuhan. Bahan dagangan lebur bersama debu yang berterbangan di bekas swalayan Selamat Jadi di Keude Trienggadeng, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya.
Swalayan di pinggir jalan lintas Medan – Banda Aceh itu rata dengan tanah setelah dihentak gempa berkekuatan 6,4 SR. Selamat Jadi memiliki dua unit toko. Masing-masing berlantai dua dan tiga. Saat gempa terjadi, toko lantai tiga itu ambruk menimpa toko berlantai dua. Seperti bertabrakan.
Selain berfungsi sebagai tempat usaha dagang, Selamat Jadi juga menjadi rumah bagi Ilyas Yusuf (55) dan istrinya Sakdiah (45) serta anak semata wayang mereka Misra Mubara (27). Bahkan, saat gempa merobohkan bangunan itu, ketiganya pun masih bertempat di sana.
Proses pencarian yang dilakukan tim gabungan membuahkan titik temu. Tepat pukul 11.30 Wib, ketiganya ditemukan usai tim mengerahkan sebanyak tiga alat berat jenis backhoe. Dari ketiganya, hanya sang bapak Ilyas Yusuf yang masih ada tanda-tanda harapan melihat dunia.
Posisi Ilyas berada di bawah runtuhan lantai dua. Ia terbaring di atas tempat tidurnya. Namun runtuhan itu tak sempat menyentuhnya. Jadilah Ilyas hanya terkurung tak leluasa di bawah lantai toko tingkat dua.
Tak jauh dari Ilyas, sang istri Sakdiah ditemukan sudah tak bernyawa. Ia berposisi berbaring di atas ranjang tidur. Kemungkinan ia kehabisan oksigen. Sehingga nyawanya tak tertolongkan.
Lain halnya dengan suami dan istri, sang anak, Misra ditemukan dalam posisi duduk di atas sebuah motor. Ia menghembuskan nafas terkahir setelah tertimpa runtuhan lantai toko tingkat dua.
“Diperkirakan Misra ini hendak lari dan mengeluarkan motor. Karena posisinya saat ditemukan berada di atas motor,” ujar Abeng, keluarga korban yang ikut membantu proses evakuasi, Rabu, (7/12/2016). []
HABIL RAZALI