JAKARTA — Kementerian Kehutanan menyiapkan tim penyidik untuk memeriksa maskapai Garuda Indonesia terkait matinya satwa hidup dilindungi yang dikirimkan melalui pesawat milik maskapai itu. Pasalnya, sudah empat kali terjadi kasus pengiriman satwa hidup dilindungi mati setelah dikirim melalui pesawat Garuda Indonesia.
Saat ini, kata dia, tim penyidik dari Kementerian Kehutanan tengah melakukan penyidikan mendalam. Darori menambahkan, selama ini pengiriman satwa langka menggunakan maskapai lain tidak pernah bermasalah. “Kalau kejadiannya hanya sekali, ya tidak apa-apa kami anggap musibah. Tapi ini sampai empat kali satwa yang kami kirim melalui pesawat milik Garuda selalu mati,” kata dia.
Darori menyebutkan, kasus kematian hewan langka dalam pesawat milik Garuda pertama kali terjadi pada satwa orangutan yang mati membeku dalam perjalanan ke Narita, Jepang, pada 2008. Kasus kedua, terjadi pada harimau sumatera yang akan dikirim dari Yogyakarta ke Padang pada 7 September 2010. Selanjutnya, 20 ekor ikan arwana mati saat dalam perjalanan dari Riau ke Jakarta menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Kasus terakhir adalah matinya harimau sumatera yang dibawa dari Aceh menuju Surabaya pada 2 Oktober lalu. Harimau bernama Teuku Agam itu mati dalam perjalanan udara dari Aceh menuju Surabaya untuk ditempatkan di Jatim Park.
Kementerian Kehutanan pernah mengirimkan harimau sumatera menggunakan pesawat maskapai Batavia Air dari Bengkulu ke Jakarta, lalu mengirimkan badak sumatera dari Amerika ke Indonesia, dan mengirim bekantan ke Jepang. “Semuanya lancar dan sampai dalam keadaan hidup, tidak ada masalah,” katanya.
Dia menyayangkan sikap Garuda Indonesia yang tidak responsif terhadap tuntutan penjelasan Kementerian Kehutanan. Garuda, kata dia, malah melemparkan permasalahan ini ke pihak lain sehingga Kementerian Kehutanan harus melakukan klarifikasi sendiri untuk menyimpulkan penyebab dan mencari tahu alasan tutup mulut itu.
“Kami mengirim surat dua kali baru dibalas. Yang menandatangani juga hanya petugas pelaksana harian saja. Dalam suratnya, Garuda Indonesia hanya menjawab turut prihatin atas kematian satwa liar tersebut dan pejabat siap dimintai keterangan,” Darori menjelaskan. [tempo.co]