BANDA ACEH, acehkita.com. Jajaran Kepolisian Nanggroe Aceh Darussalam masih belum berhasil mengungkap berbagai aksi kekerasan dan teror yang terjadi menjelang pemilihan umum. Polisi mengaku masih terus menyelidiki rangkaian kasus teror, penggranatan, dan pembunuhan.
Kekerasan menjelang Pemilu di Aceh dilaporkan meningkat. Tim Monitoring Pascakonflik Bank Dunia dalam laporan hasil monitoring yang dipaparkan kepada publik, mencatat ada 16 orang tewas, 47 orang terluka, dan 17 unit bangunan dan kendaraan mengalami kerusakan.
Menjelang Pemilu ini kekerasan di Aceh meningkat. Bank Dunia mencatat kasus penggranatan kantor partai politik sebanyak 13 kasus, tiga atau empat anggota Partai Aceh atau Komite Peralihan Aceh dibunuh pada awal Februari. Terakhir, tim sukses Partai Aceh di Jeuram, Kabupaten Nagan Raya, ditemukan tewas dengan leher tergorok di tempat pembungan limbah sawit.
Polisi meyakini rangkaian kekerasan itu merupakan aksi kriminalitas. Pun begitu, Kepala Bidang Humas Polda Aceh AKBP Farid Ahmad Saleh menyebutkan, rangkaian kekerasan, pembunuhan, dan penggranatan yang menimpa kantor dan anggota partai politik peserta pemilu itu hingga kini masih dalam penyelidikan. Belum ada pelaku yang ditahan polisi terkait kasus ini.
“Semuanya masih dalam proses penyelidikan. Jadi kita belum tahu motif dan pelakunya. Sementara ini kita masih menganggap itu bagian dari aksi kriminal biasa,” kata Farid Ahmad saat dihubungi Senin (23/3).
Farid mengaku polisi telah membongkar kasus penyanderaan dan penculikan yang terjadi di Aceh Timur dan Bireuen. Namun dia tak merinci detil kasus.
Dia menolak disebut kekerasan di Aceh meningkat menjelang pemilihan umum 9 April nanti. Menurutnya, berbagai aksi kekerasan yang terjadi di Aceh selama ini masih dalam dikatagorikan kriminal biasa. Namun, sebutnya, banyak pihak yang mengait-kaitkan masalah itu ke ranah politik. [Radzie]