BANDA ACEH — Krisis listrik masih saja terjadi di Provinsi Aceh. Setelah sempat normal, listrik di Aceh kembali byar-pet. Bahkan, dalam sehari ini saja sudah dua kali terjadi pemadaman arus dari PLN.
Sering padamnya listrik diakui pimpinan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Aceh, karena mereka kekurangan pembangkit. Saban hari, Aceh membutuhkan listrik sebanyak 320 megawatt. Sedangkan tiga pembangkit listrik yang ada di Aceh hanya mampu menyediakan daya hingga 360 MW.
Menurut Manajer Teknik PLN Aceh Bimo Samudro, seharusnya ada mesin pembangkit listrik cadangan yang bisa menghasilkan daya 100 MW. Ini untuk jaga-jaga jika ada salah satu mesin utama yang mengalami masalah atau kerusakan.
“Nagan Raya katakanlah satu unit 100 MW mengalami gangguan, kurang 100 kan jadi 260 MW. Nah, pada saat itulahh kita kekurangan pasokan,” ujar Bimo.
Jika ada mesin pembangkit cadangan, kekurangan itu bisa dipenuhi. “Jadi harus siapkan cadangan 100 MW. Sekarang ini yang belum ada,” lanjut Bimo.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Arun menghasilkan lebih 100 MW pada akhir 2017 nanti. Ini diharapkan, sebut Bimo, mendaji cadangan. Lalu pada 2018 akan selesai Pembangkit Listrik Tenaga Air di Takengon yang menghasilkan daya 2×40 MW, dan Nagan Raya ditambah 2×200 MW yang dijadwalkan selesai pada 2020. Jika proyek ini selesai, kebutuhan listrik Aceh akan terpenuhi.
Kemarin DPRA memanggil pimpinan PLN Aceh untuk menjelaskan kenapa dalam beberapa bulan terakhir listrik sering dipadamkan. DPRA meminta jaminan dari PLN untuk tidak memadamkan arus pada bulan Ramadan.
“Kita meminta jaminan kepada PLN agar Aceh tidak lagi mengalami krisis listrik,” ujar Sulaiman di ruang Komisi III DPRA, Senin.
PLN berjanji tidak akan memadamkan arus listrik selama umat Islam menunaikan ibadah puasa Ramadan. []
HABADAILY.COM | FOTO: Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM
