BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Aceh menilai perubahan iklim secara tidak beraturan yang selama ini terjadi di Aceh tidak lepas dari pengaruh buruknya perilaku penebangan hutan secara liar yang selama ini masih marak terjadi di Aceh. Walhi Aceh meminta masyarakat mewaspadai kerusakan lingkungan yang juga berdampak buruk terhadap perubahan iklim.
Direktur Walhi Aceh T.M. Zulfikar mengatakan, perambahan hutan sampai saat ini diketahui menjadi masalah dan penyebab paling parah terhadap berubahnya iklim dan penyumbang terbesar kerusakan bumi ini.
Menurutnya, kegiatan penggundulan hutan akan menyebabkan terciptanya pelbagai macam fenomena cuaca ekstrim.
“Kita tak sadar saat ini sering menghadapi kondisi cuaca yang tak menentu, seperti curah hujan yang tinggi dan tak menentu, cuaca panas yang terus mengalami peningkatan, aliran panas dan dingin yang ekstrim di siang dan malam hari, tiupan angin yang sangat kencang, topan badai yang besar, temperatur musim dingin yang tinggi,” katanya kepada acehkita.com di Banda Aceh, Senin (27/6).
Selain itu, dia juga menjelaskan dampak lain perubahan iklim juga berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem. Apalagi upaya konversi hutan ke lahan perkebunan yang marak dilakukan di Aceh membuat permasalahan kerusakan lingkungan menjadi besar.
“Beroperasinya usaha tambang-tambang ilegal dan juga pengalihan lahan hutan ke perkebunan penyumbang terbesar terjadinya kerusakan lingkungan dan meningkatnya emisi karbon yang akan menyebabkan perubahan iklim,” jelasnya.
BMKG melaporkan di Aceh cuaca panas dengan suhu tertinggi mencapai 24 hingga 36 derajat Celsius. Diperkirakan akan terus melanda sebagian besar wilayah Provinsi Aceh selama sepekan mendatang. []