BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Duet Tarmizi A. Karim dan Zaini Djalil resmi “bercerai”. Koalisi partai yang mengusung Tarmizi melakukan penggantian calon wakil gubernur menjelang pendaftaran. Penggantian itu dinilai berpengaruh terhadap upaya pemenangan Tarmizi Karim dalam pilkada 2017.
Para peneliti The Aceh Institute mengistilahkan penggantian kandidat menjelang pendaftaran ke Komisi Independen Pemilihan itu sebagai manuver politik “cetar membahana” yang dilakukan oleh Pusat.
Seperti diketahui, koalisi partai yang mengusung Tarmizi Karim meminta kocok ulang kandidat wakil gubernur. Koalisi akhirnya bersepakat mengganti Zaini Djalil dengan Teuku Machsalmina Ali, dengan alasan keterwakilan daerah pemilihan.
Manager Survei The Aceh Institute Rizkika Lhena Darwin menyebutkan, perubahan formasi wakil itu berpengaruh terhadap kekompakan tim pemenangan Tarmizi Karim.
“Disayangkan, hal ini merusak kesolidan tim pemenangan yang telah dibangun sebelumnya,” kata Rizkika dalam pernyataan tertulis yang diterima acehkita.com, Selasa (20/9/2016).
Namun, Direktur The Aceh Institute Fajran Zain menilai pembatalan Zaini Djalil sebagai langkah politik jitu dari Surya Paloh. Ketua Umum Partai Nasdem itu dinilai telah mempertimbangkan untung-rugi secara cermat.
“Ia melihat peluang lebih besar apabila Tarmizi Karim disandingkan dengan calon lain yang lebih potensial,” ujar Fajran. “Logika political entrepreneur Surya Paloh cukup kentara di sini.”
Pergantian “pemain” ini juga akan mengubah peta politik Aceh pada pilkada serentak 2017 ini. “Terlihat bahwa politik di Aceh tidak lepas dari kepentingan elite di Pusat… Perubaha ini kaan memberikan tekanan lebih besar bagi calon gubernur lain untuk menang,” tambah peneliti Danil Akbar Taqwadin. []
