ACEH BESAR | ACEHKITA.COM – Sejumlah pembuat rencong di Baet Sibreh, Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar meminta Pemerintah membuka akses pemasaran rencong ke luar Aceh.
“Selama ini rencong yang dibuat di sini hanya dipasarkan di lokal saja. Kami minta pemerintah peduli dan membantu kami membuka akses pemasaran,” kata Abu Bakar, Kepala Mukim Sibreh, Rabu (3/6).
Menurut Bakar, memperluas akses pemasaran senjata khas Aceh itu penting disamping untuk meningkatkan kesejahteraan perajinnya, juga memperkenalkan Aceh lebih jauh di mata luar.
Baet Sibreh merupakan sentra pembuat rencong terbesar di Aceh. Di sana ada sekitar 300 home industri perajin rencong. Mereka tersebar di Desa Baet Mesjid, Baet Lampout dan Baet Meuseugo.
Meski hasil karya mereka sudah dipamerkan hampir disejumlah pameran budaya baik di dalam atau luar negeri sebagai cinderamata khas Aceh, namun rencong di sana masih sulit dipasarkan langsung ke luar, karena masih diklaim sebagai senjata tajam.
“Cara satu satunya membawa ke luar sekarang hanya dengan memasang dalam bingkai. Dan masalahnya ini sudah beberapa kali kami sampaikan ke pemerintah baik kabupaten maupun provinsi, tapi tidak ada respon,” ujar Bakar.
Selain pemasaran, pembuat rencong di sana juga mengeluh sulitnya mendapat tanduk kerbau untuk membuat gagang. “Kadang kami tak bisa bekerja karena tak ada tanduk,” kata Mahyuddin, 31 tahun, pembuat rencong di Baet Mesjid.
Sulitnya mendapat tanduk, menurut Mahyuddin, karena kini di Banda Aceh pedagang banyak menyembelih sapi Lampung yang tak bertanduk. Selain ada agen dari Medan yang membeli tanduk kerbau dengan harga mahal. “Jadi pedagang lebih suka menjual ke mereka,” sebutnya.[]