BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Penyebutan Teroris Aceh dalam pemberitaan operasi buru teroris di Aceh selama ini dinilai berlebihan dan berdampak buruk bagi pertumbuhan investasi di provinsi yang baru usai didera konflik bersenjata dan tsunami.
Ketua DPP Nasional Demokrat Ferry Mulsyidan Baldan mengatakan, Pemerintah Pusat dan media harus mengklarifikasi penyebutan itu. “Ini harus diklarifikasi,” katanya kepada wartawan di Banda Aceh, Sabtu (20/3).
Menurut bekas anggota DPR RI ini, secara akar budaya, kultural, dan sejarah, Aceh tak pernah mengenal terorisme, radikal, dan sikap ekstrimisme dalam agama.
Ferry menilai aneh penyebutan dan lahirnya teroris di Aceh yang mengatasnamakan Islam. Lagi pula dari daftar pelaku yang sedang diburu polisi, mayoritas mereka bukan berasal dari Aceh.
“Islam adalah agama yang sudah dari kecil diajarkan. Kita (orang Aceh) taat kepada agama, tapi tidak ektrimis,” ujar Ferry yang beribu Syarifah Fatimah (alm), wanita asal Aceh.
“Orang Aceh punya karakter yang keras iya, tapi mereka tidak punya motivasi terorisme. Mereka hanya akan melawan kalau dizalimi, tetapi tidak ektrimis.”
Penyebutan teroris Aceh, menurut Ferry, bisa berdampak buruk bagi Aceh. “Kalau bagi Pemerintah Pusat tidak begitu berpengaruh, tapi bagi Pemerintah Daerah iya,” kata Politisi Partai Golkar ini.
Penyebutan teroris Aceh, kata dia, hanya membuat image Aceh makin mencekam dan buruk di mata luar. Hal ini akan menakutkan investor asing melakukan investasi di Aceh. Padahal, Pemerintah Aceh kini sedang giat menggaet investor dan warga Aceh sama sekali tak mendukung kelompok bersenjata yang diburu Polisi selama ini.
Ferry yang juga mantan Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Aceh berharap, kondisi ini segera diatasi.
Sementara di tempat terpisah, Ketua Bidang Politik DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengatakan, teroris adalah musuh bersama yang mengancam dunia secara global. “Teroris penyakit internasional,’ katanya usai melantik Pengurus DPD Partai Demokrat Aceh periode 2009-2014, di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, pagi tadi.[]
