Kapolda Aceh Irjen Pol Husein Hamidi memperlihatkan 7 tersangka komplotan bersenjata yang berhasil ditangkap paska penembakan terhadap 2 intel Kodim Aceh Utara serta barang bukti senjata api dan amunisi yang berhasil disita Polisi saat melakukan konferensi pers di Aula Mapolres Lhokseumawe, Senin (14/4/2015). Penyelidikan dan pengejaran terhadap komplotan Din Minimi yang mulai dilakukan dari November 2014 ini telah berhasil menangkap 13 orang tersangka berinisial JN, MR, SH, AR, IR, MS, MM, YM, ND, MA, DK, AR, dan RS yang ditangkap di Aceh Timur, Aceh Utara, Bireuen, dan Riau serta barang bukti 7 pucuk senjata api serta 1.620 butir amunisi. | FOTO: Reza Juanda/ACEHKITA.COM

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Aksi kelompok bersejata yang melakukan serangkaian aksi kriminal dan teror dalam setahun terakhir ini mengundang perhatian banyak kalangan, terutama pascapenembakan terhadap dua anggota intel Kodim Aceh Utara. Dari mana mereka memperoleh senjata untuk melancarkan aksinya?

Kepala bidang Humas Polda Aceh AKBP Teuku Saladin menyebutkan, polisi mendeteksi ada empat kelompok yang melancarkan aksi kriminal dan teror bersenjata. Mereka dipimpin oleh RR, GB, AR, dan DM. Semua anggota mereka memiliki senjata. Namun, belakangan, AR memilih bergabung dalam kelompok DM. DM yang dimaksud adalah Din Minimi. Mereka melancarkan aksi di kawasan pantai Timur dan Utara Aceh.

Polisi menuding Din Minimi terlibat dalam penembakan dua intel Kodim 0103 Aceh Utara di Nisam Antara pada Maret lalu.

Pascakasus ini, polisi mengklaim sudah menangkap 14 orang anggota Din Minimi. “Dari mereka ada senjata yang kita sita. Mereka menggunakan senjata sisa konflik,” ujar Saladin kepada wartawan di Mapolda Aceh, Kamis (7/5/2015).

Perlu diketahui, Gerakan Aceh Merdeka memusnahkan lebih 1.000 pucuk senjata api pascapenandatanganan Pakta Perdamaian dengan Pemerintah Indonesia, 10 tahun lalu.

Nama Din Minimi mencuat di sebuah media lokal pada 9 Oktober lalu. Di sana, Din berpose menenteng senapan laras panjang jenis AK-47.
Din yang merupakan bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka kembali angkat senjata karena kecewa dengan Gubernur Zaini Abdullah dan Wakilnya Muzakir Manaf –yang notabene bekas petinggi GAM.

“Saya harapkan pemimpin Aceh jangan memikirkan kesenangan sendiri karena masih banyak orang harus diperhatikan. Saat ini banyak warga mulai kelaparan karena tidak ada pekerjaan,” kata Din dalam sebuah wawancara dengan acehkita.com, 16 April lalu.

Sejak kemunculan di media lokal itu, Din diburu aparat keamanan. Puncaknya setelah kasus penembakan intel TNI di Nisam, meski Din mengaku tidak bertanggungjawab terhadap aksi tersebut.

Saladin menyebutkan, polisi masih memburu 19 anak buah Din Minimi. Semuanya sudah teridentifikasi, karenanya polisi meminta mereka menyerahkan diri. Namun, polisi tidak mengetahui berapa jumlah senjata yang dipunyai anak buah Din Minimi.

“Sama mereka masih ada senjata. Buktinya saat mau ditangkap di Cot Iri (Aceh Besar) tiga malam lalu, mereka menembak polisi,” sebut Saladin. “Menyerahlah. Ke mana pun mau lari pasti akan kita kejar.”

Saat ini, polisi di Banda Aceh dan Aceh Besar tengah mengejar Komeng, seorang pria bersenjata yang diduga kuat anak buah Din Minimi. Komeng berhasil lolos dari sergapan polisi di Desa Limpok, Aceh Besar, Selasa dinihari lalu. Sedangkan seorang rekannya, Teungku Plang, berhasil dibekuk. []

GHAISAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.