BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Mutu pendidikan di Aceh masih buruk, secara nasional posisinya terendah ke dua setelah Provinsi Papua. Menurut Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, sulitnya meningkatkan mutu pendidikan Aceh selama ini karena minimnya peran orangtua.
“Banyak orang tua di Aceh menganggap urusan pendidikan adalah urusan guru. Ketika anaknya sudah sekolah, itu sudah dinilai tanggungjawab guru,” kata Nazar, saat meluncurkan program USAID Desentralisasi Pendidikan Dasar (USAID-DBE 2) yang akan diterapkan di sembilan kabupaten/kota di Aceh, di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Selasa (19/1).
Bangunan atau fasilitas sekolah di Aceh, yang sudah lumayan dibanding provinsi lain di Indonesia, kata Nazar, sangat mendukung untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, minimnya peran orangtua, khususnya dalam membentuk moral anak masih menjadi kendala, di samping masih banyak guru yang kurang berkualitas di Aceh.
Menurutnya, sekolah yang ada peran orangtua secara langsung mengawasi peserta didik, terbukti lebih manjur. Ia mencontohkan sekolah unggul di Aceh, seperti SMA Modal Bangsa, Fatih Bilingual School, Aceh Besar, SMA Fajar Harapan, Banda Aceh, dan lainnya.
Program USAID-DBE 2 yang diluncurkan tadi diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan dasar di Aceh. Sebelumnya, Pimpinan USAID-DBE 2 Michael Calvano dan Wagub Aceh meneken MoU terkait program itu. Penekenan itu bertujuan menyepakati kerangka acuan kerja umum DBE 2.
Diluncurkan untuk Sembilan daerah yakni, Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Diprediksi, ada 32.130 murid sekolah dasar/sederajat dan 2.232 guru penerima manfaat..
Program ini dimulai sejak Juni 2006, dan telah melatih 2.673 guru berikut 27.943 siswa di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireun dan Aceh Tengah.[]