Saturday, April 20, 2024
spot_img

Nyanyian 1907, Dokumenter Smong Simeulue

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Komunitas Audio Visual Aneuk Nanggroe dan Yayasan Khadam Nanggroe telah merampungkan pembuatan film dokumenter yang menceritakan tsunami yang pernah menerjang Kepulauan Simeulue pada 1907 silam. Film ini akan diluncurkan ke publik sehari menjelang peringatan sewindu tsunami Aceh di Gedung Sultan Selim II Banda Aceh, Selasa (25/12/2012) malam.

“Film ini diluncurkan ke publik untuk mengenang tsunami yang pernah terjadi di Simeulue dan Aceh delapan tahun lalu,” kata Faisal, panitia peluncuran film tersebut, Senin (24/12/2012).

Film dokumenter tersebut diberi judul “Nyanyian 1907”. Menurut Faisal, film tersebut memuat kisah yang diceritakan Nek Rukiah, 112 tahun. Ia merupakan salah seorang saksi mata tsunami 1907 yang masih hidup dan tinggal di kaki bukit Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat, Simeulue.

Dalam film itu, Nek Rukiah menceritakan tentang besarnya bencan yang terjadi dampak yang dirasakan umat manusia kala itu. Hal itu diperkuat dengan temuan batu koral besar di daratan yang berasal dari laut dalam.

Nek Rukiah menceritakan kejadian Tsunami 1907 ke anak dan cucunya sebagai cerita untuk mengisi waktu senggang dan pengantar tidur melalui budaya tutur kata lokal “nanga-nanga”. Masyarakat sekitar mengakui melalui cerita yang sering diperdengarkan tersebut mereka mengenali tanda-tanda alam yang muncul menjelang tsunami 2004 dan mengambil inisiatif untuk menyelamatkan diri ke daerah perbukitan.

Di film ini juga bisa dilihat upaya masyarakat kepulauan di Samudera Hindia itu dalam mempertahankan budaya nanga-nanga, nafi-nafi, sikambang, dan nandong. Ini adalah pengurangan risiko bencana ala Simeulue.

Masyarakat Simeulue menyebut tsunami dengan kata “smong”. Faisal menyebutkan, tradisi menceritakan smong melalui seni tutur telah menyebabkan cerita kepedihan di tahun 1907 masih melekat hingga sekarang di masyarakat Simeulue. Tak heran, pada tsunami 2004 delapan tahun lalu, tujuh warga pulau tersebut menjadi korban.

“Kemampuan mereka untuk menyelamatkan hidup terkait dengan pengalaman tsunami sebelumnya pada tahun 1907, yang telah berulang kali diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui cerita dan lagu. Pengetahuan lokal dikenal sebagai “cerita smong”,” ujar Faisal.

Untuk itu, Komunitas Audio Visual Aneuk Nanggroe dan Yayasan Khadam Nanggroe mengangkat kearifan lokal ini ke dalam film. “Guna menafsirkan kembali apa-apa yang telah dilakukan dan terjadi dimasa lalu dan mempelajarinya untuk masa sekarang,” ujarnya. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU