BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) menempatkan pasangan Muhammad Nazar dan Nova Iriansyah sebagai calon kepala daerah Aceh yang tingkat elektabilitasnya tertinggi dalam survei yang dilakukan selama kurun waktu 15-28 Februari lalu.
Dalam survei ini, nilai elektabilitas Nazar-Nova mencapai 43,44 persen. Disusul kemudian pasangan Irwandi Yusuf dan Muhyan Yunan 21,57 persen, lalu Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf 17,84 persen. Sedangkan pasangan Darni M. Daud-Ahmad Fauzi hanya meraih 3,45 persen saja, dan Ahmad Tajuddin-Teuku Suriansyah di posisi paling bontot.
Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid menyebutkan, survei dilakukan dengan mengambil sampel 1.800 orang secara acak di 1.610 desa di 23 kabupaten/kota di Aceh. Puskaptis mengklaim tingkat kepercayaan terhadap survei ini mencapai 95 persen.
Yazid menambahkan, persepsi dan perilaku pemilih terhadap lima calon gubernur Aceh nyaris tak berubah dengan survei yang telah dilakukan pada 2011 lalu. Hanya saja, ada calon baru yang berhasil masuk ke tiga besar yang bakal meraih suara terbanyak dalam pemilihan 9 April nanti.
Menurut Puskaptis, para pemilih yang disurvei konsisten memilih pasangan Nazar-Nova. Angka pemilih pasangan ini mencapai 72,35 persen, disusul masing-masing Zaini Abdullah (58,55 persen), Irwandi Yusuf (43,35 persen), Darni M Daud (42,45 persen) dan Tajuddin alias Abi Lampisang (18, 64 persen).
”Ternyata militansi pemilih untuk memilih Nazar tidak jauh berubah sejak survei Puskaptis tahun 2011,” sebut Yazid dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi acehkita.com, Senin (5/3).
Pemilih memilih Nazar, kata Yazid, disebabkan bekas wakil gubernur itu bisa diterima semua lapisan masyarakat. Nazar dipandang tangkas dalam membangun komunikasi politik dengan pelbagai kalangan di Aceh dan Pusat. “Warga memilih Nazar karena dia bisa diterima oleh berbagai pihak,” ujarnya.
Suara bekas gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka, sebut Yazid, juga mengalir ke Nazar. Namun terbanyak suara ini mengalir ke pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf, disusul kemudian ke Irwandi Yusuf dan Muhyan Yunan. []