Saturday, April 20, 2024
spot_img

OPINI | Mustahil Aceh Bebas dari Bencana

PENGANTAR REDAKSI:
TAUSIYAH atau wejangan yang disampaikan Ir Faizal Ardiansyah pada peringatan sewindu tsunami membuka mata kita, bahwa bencana bisa datang kapan saja. Kita sudah ditakdirkan Allah hidup di bumi Aceh yang penuh bencana. Tapi, kita tidak bisa pergi begitu saja menjauh dari bencana. “Itu impossible,” kata Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh ini. “Kita harus hidup bersama bencana.”

Tulisan ini merupakan isi pidato Faizal Ardiansyah yang kami transkripsikan secara utuh. Tulisan ini akan dibagi ke dalam dua bagian. Silakan menyimak dan semoga menjadi pengetahuan bagi kita yang hidup bersama bencana (living with disaster) ini.

Redaksi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Mahasuci Allah, yang di tangan-Nya lah segala kerajaan dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dia Tuhan yang menjadikan mati, hidup, untuk menguji siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Mahaperkasa dan Mahapengampun.

Gubernur yang kami muliakan. Guru kami yang mulia Abuya Djamaluddin Waly, ulama, tokoh. Dan untuk mempersingkat waktu, saya minta maaf tidak bisa menyebut satu per satu.

Tapi marilah kita awali perjumpaan dengan senantiasa memanjatkan puji dan syukur yan tidak terbatas. Dan atas limpahan Allah yang tidak sanggup kita menghitungnya. Allah adalah Tuhan yang telah mencipta alam semesta ini dengan segala kesempurnaannya. Allah pula yang telah mengatur kmengendalikan alam ini dengan begitu teliti.

Dalam QS Al Mulk ayat 3 dan 4 Allah menyebutkan: “Dialah Allah yang telah ciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu tidak akan melihat pada penciptaan Tuhan Yang Maharahman itu suatu ketidakkesempurnaan, kecacatan, tidak akan menemukan ketidakseimbangan”.

Dan Allah menantang, “lihat berulang-ulang”. Bahasa orang hari ini riset, teliti, kaji, analisis. “Adakah kamu melihat kepincangan,” kata Allah. Lalu Allah mengundang kita “melihat kembali penglihatanmu itu. Niscaya akan kembali kepada dirimu dengan tidak menemukan kekurangan, kecacatan, dan ketidaksempurnaan alam ini. Dan dirimu sangat lemah, sangat tidak berdaya”.

Majelis yang dimuliakan Allah,

Sadarlah kita betapa bahwa Allah yang memiliki alam ini. Sekarang kita berada di bumi dan bumi sedang berputar 107.200 kilometer per jam mengelilingi matahari, ini kecepatan yang amat dahsyat. Dia mengelilingi matahari.

Sejak bumi diciptakan hingga hari ini dia tidak pernah membangkang, kurangi kecepatan sedikit karena saya lelah. Kalau itu terjadi maka bumi akan ditelan oleh matahari. Dan bumi tidak pernah mempercepat kecepatannya. Kalau itu terjadi maka bumi akan keluar dari sistem tatasurya. Hancur alam ini.

Siapa yang mengendalikan ini semuanya? Seluruh energi yang ada di bumi ini dipakai untuk menggerakkan bumi sekali putar saja tidak akan sanggup. Apalagi bumi sudah hampir lima milyar tahun, sejak diciptakan terus berputar. Dan tidak hanya bumi, tidak hanya matahari. Bumi kecil. Matahari dibanding dengan bumi, matahari itu 1.250.000 bumi, betapa dahsyat dan besarnya matahari. Jika dibandingkan dengan alam (semesta) ini, (matahari) sangat kecil.

Hadirin yang dimulaikan Allah,

Allah yang menciptakan alam ini dan kelak Allah pula yang akan menghancurkan alam ini. Dan itulah keyakinan kita yang bernama kiamat. Kapan kiamat itu terjadi? Kemarin ramai orang bilang 21 Desember 2012 akan terjadi kiamat. Tidak sedikit umat Islam yang terpengaruh. Orang yang percaya 21 Desember 2012 kiamat, secara akidah dia sudah keluar. Karena yang hanya bisa menentukan waktunya kiamat hanya Allah.

Dalam QS Al Araf 187 Allah tegaskan, “mereka bertanya tentang kiamat. Katakanlah bahwa ilmu pengetahuan tentang kiamat itu hanya Allah yang tahu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui waktu kedatangannya, kecuali Allah. Kemudian Allah mengatakan, kiamat itu amat berat huru-haranya bagi penghuni di langit dan bumi. Kiamat itu tidak datang dengan tiba-tiba, tidak bisa diramal. Hanya kita harus yakin kiamat pasti datang.”

Majelis yang dimuliakan Allah

Peristiwa tsunami adalah salah satu bentuk pemberitahuan Allah, bahwa alam ini cepat atau lambat akan hancur. Sebelum kiamat Allah beritahu bahwa akan terjadi gempa yang dahsyat. “Bumi akan diguncang dengan guncangan yang Mahadahsyat”. Tidak hanya bergetar seperti 26 Desember 2004, tetapi bumi akan terbelah dan mengeluarkan benda keras dari perutnya.

Bagaimana manusia pada saat itu? “Manusia beterbangan seperti anai-anai, yang punya kekuasaan semuanya tidak berdaya. Dan gunung seperti bulu-bulu yang dihamburkan. Langit terbelah, bintang berjatuhan. Tsunami akan datang. Sudah diberitahu dalam QS Al Infitar. “Apabila langit terbelah, benda-benda langit akan berjatuhan, air laut meluap”.

Jauh sebelum kita mengenal kata tsunami yang berasal dari Bahasa Jepang, sesungguhnya Al Quran sudah memberitahu “luapan air laut”.

Jadi kejadian gempa, tsunami dan bencana lainnya, mari mengingatkan kita semua, bahwa alam semesta ini milik Allah. Tidaklah abadi, dia fana, dan pada saatnya ketika Allah menghendaki dia akan hancur sehancur-hancurnya.

Hari ini kita semua duduk di sini, sebagaimana tadi Pak Gubernur menyampaikan bahwa kita bukan ingin membangkitkan luka lama. Kita tidak ingin larut dalam sedih yang tidak berkesudahan, tetapi kita duduk di sini adalah untuk tafakkur, memperingatkan diri kita, karena Allah peringatkan dalam QS Al A’la “beri peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat”.

Kalau tidak ada peringatan ini, kita bisa lupa dengan tsunami. Kita menjadi manusia yang amnesia, terjadi disaster amnesia, orang yang melupakan musibah, orang yang melupakan dengan penderitaan. Sudah takdir Allah bahwa kita hidup di bumi yang berpotensi dengan bencana.

Kita tidak mungkin keluar semua meninggalkan Aceh dan meninggalkan Indonesia. Jadi, free from disaster, bebas dari bencana, merupakan suatu hal yang mustahil, impossible. Tetapi yang saat ini bisa kita pahami, kita hidup bersama bencana (living with disaster). Kita hidup bersama bencana. Maka orang yang hidup bersama bencana dia harus selalu waspada, harus selalu siaga, tidak seorang pun di antara kita yang ingin bencana datang, tetapi kita harus siap ketika bencana itu datang.

Tidak ada satu orang pun ketika naik pesawat pingin pesawatnya mendarat darurat. Tetapi ketika kita naik pesawat harus mendengar apa yang dibilang pramugari, ini pintu darurat, ini pelampung, kalau nanti pesawat ini mendarat apa yang harus kita lakukan. taoi tidak ada seorang yang di dalam pesawat yang kepingin: “Ya Allah biarlah pesawat ini jatuh dan mendarat darurat”. Tidak ada. Tapi kalau terjadi pesawat itu harus mendarat darurat, dalam kepanikan kita punya arah untuk melakukan sesuatu.

Tidak ada orang yang tidak panik dengan gempa, tidak ada orang yang tidak panik dengan tsunami, tetapi di saat kepanikan itu kita mempunyai sesuatu yang bisa kita lakukan. Itulah yang namanya mitigasi bencana. Dan itu harus selalu hidup bersama kita, harus menjadi kearifan dalam kehidupan kita. [BERSAMBUNG]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU