Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berbicara dengan Wali Nanggroe Malik Mahmud (kiri) dan Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh, Rabu (18/3/2015). | FOTO: Pendam

JAKARTA | ACEHKITA.COM – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berharap kasus penembakan dua anggota intel Kodim 0103 Aceh Utara tidak terjadi lagi. Sebab kalau terulang, dikhawatirkan akan ada lagi daerah operasi militer (DOM) di Aceh.

“Itu kalau berulang-ulang kan nanti ada DOM lagi. Nggak boleh terjadi,” ujarnya di Jakarta,  Kamis (26/3/2015) seperti dilansir detik.com.

Seperti diketahui bahwa Pemerintah Indonesia pada era Orde Baru memberlakukan DOM di Aceh tahun 1990-1998 untuk memberantas Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dampak pemberlakukan DOM telah mengakibatkan banyaknya dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Aceh.

Menurut Ryamizard, anggota TNI harus waspada menyusul kejadian tersebut. Tapi, kewaspadaan itu jangan diartikan berlebihan. “Waspada bukan menakut-nakuti bukan. Waspada jangan sampai terjadi lagi, kan lucu,” ujar mantan KSAD.

Ryamizard juga berharap kasus tersebut tidak berdampak pada masyarakat. Apalagi masyarakat menjadi korban. “Ya namanya tentara itu keamanan harus nomor satu. Kita harus waspada bukannya curiga, lain. Curiga itu pasti curiga-curiga terus menyangka. Kalau waspada di mana pun kita waspada,” tegasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya bahwa dua intel Kodim Aceh Utara, Sertu Indra Irawan dan Serda Hendrianto diduga diculik kelompok bersenjata, Senin (23/3/2015) di kawasan Kecamatan Nisam Antara. Sehari kemudian, kedua korban ditemukan tewas dengan luka tembak.

Sementara itu,  Komisi I dan Komisi III DPR akan membentuk tim gabungan terkait penembakan kedua anggota Kodim Aceh Utara tersebut. Tim ini rencananya akan berangkat ke Aceh pada Minggu (29/3/2015).

“Tim gabungan ke Aceh, khusus untuk merespons kasus dibunuhnya dua aparat TNI,” kata Ketua Komisi I, Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/3/2015), sebagaimana dikutip detik.com.

Menurut dia, kasus penembakan ini memperlihatkan dua hal. Yang pertama, bahwa kelompok bersenjata di Aceh masih ada. Kemudian, kelompok itu juga dikhawatirkan berafiliasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

“Kalau misalnya kelompok sipil bersenjata ini ada kaitannya dengan GAM, ini berarti gerakan separatisme di Aceh belum sepenuhnya tuntas. Ini harus jadi perhatian penting,” ucap politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Dijelaskan bahwa tim gabungan itu beranggotakan 10 orang dari Komisi I dan enamorang dari Komisi III. Mereka akan bertemu sejumlah pihak di Aceh.”Kami akan bertemu dengan Kapolda, Pangdam, dan Kepala Badan Intelijen Nasional daerah di sana,” ujar Mahfudz.[]

ACEHKITA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.