Thursday, April 25, 2024
spot_img

Meng-Aceh-kan kembali Orang Aceh

SEJENAK mari kita menghelakan nafas panjang dari segenap aktivitas hari ini, mencoba melihat apa yang terjadi di sekeliling kita dari setiap peristiwa dan sejarah yang telah terlewatkan.

Sebuah pemandangan yang biasa, jika kita saat ini masih berada di Aceh dan melihat bagaimana pola kehidupan serta budaya yang masih ada–tinggal melekat–pada orang-orang Aceh saat ini terlebih bagi mereka penerus Nanggroe nantinya.

Hal kecil tentunya yang bisa sering sekali kita lakukan adalah berkomunikasi dalam segala waktu dan kesempatan yang ada. Tidak lebihnya sebuah kegiatan sosial yang membuka dunia dalam setiap wacana yang kita geluti sehari-hari, siapa pun dia dan apa pun pangkat serta jabatannya tidak pernah lekang dari berkomunikasi.

Benarkah orang Aceh yang selama ini ada di mana pun berada, merupakan generasi yang telah lari bahkan sudah jauh dari adat dan budaya yang semakin hari menjadi hilang sebuah jati dirinya? Atau memang itu hanya sebuah pesan moral agar aneuk nanggroe tetap berada dalam koridornya sebagai pewaris Seuramoe Mekkah agar tetap dikenal dengan pahlawannya yang super heroik? Dalam tulisan singkat ini saya ingin memberikan gambaran singkat bahwa salah satu ketelodaran bangsa Aceh berada pada pemuda dan pemudinya.

Gencar-gencarnya situs jejaring sosial di internet membuat saya untuk memberanikan diri membuat sebuah profile page (halaman profil) di Facebook dengan judul Basa Aceh Basa Geutanyoe (BABG). Sebuah hal kecil dan cukup simpel yang memberikan reaksi begitu terasa, paduan antara membumikan kembali sejarah dan budaya dengan bahasa yang ada membuat hampir 2.000 orang telah ikut bergabung menjadi fans (anggota) di profile page tersebut.

Sebenarnya hal di atas tersebut hanya arti atau lingkup kecil dari cara saya memandang untuk mengingatkan kembali orang-orang Aceh pada bahasa atau budayanya sendiri. Dari pengalaman yang ada setelah beberapa bulan profile page tersebut hadir ke publik antusiasme orang-orang yang belajar bahasa Aceh sungguh beragam. Mulai dari ketertarikan, tingkat emosional serta juga peranakan orang Aceh sendiri yang tidak bisa bahasa Aceh menjadi satu disana.

Hal tersebutlah yang ternyata kini secara jelas ada di lapangan sungguh berbeda terjadi, jadi tidak salah jika ada orang-orang mengatakan (termasuk orang Aceh sendiri), orang Aceh itu harus di-Aceh-kan lagi atau lebih dikenal dengan meng-Aceh-kan kembali orang Aceh dalam berbagai segi, mulai dari adat dan budaya sampai sisi agamis yang sangat melekat.

Lalu apa kaitannya dengan meng-Aceh-kan kembali orang Aceh, justru inilah pertahanan budaya (defence culture) dari pengaruh jaman menurut hemat saya. Banyak kejadian dan cerita yang kita temui dalam masyarakat Aceh saat ini dengan ragam cerita bahkan hampir di setiap ceramah atau pun dakwah di tiap pelosok daerah Aceh tidak henti-hentinya para tengku-tengku mengingatkan para orang tua serta muda-mudi untuk bisa mawas diri terlebih bagi mereka yang menyandang status akademisi/kaum terpelajar.

Sesuatu yang kecil dengan perhatian besar bisa kita ambil dari cara berbahasa, tidak malu berbahasa sendiri, tidak menganggap remeh serta tidak mencla-mencle untuk berbicara apa adanya. Kita kenal Aceh dengan ragam bahasa yang begitu bervariasi dan lebih dari satu jenis bahasa membuat bahasa Aceh menjadi bahasa yang diakui tingkat dunia walaupun belum menjadi bahasa Internasional seperti layaknya bahasa Inggris.

Dari sebuah manusricpt tahun 1987 yang berjudul “A contextual grammar of Acehnese sentences” karangan dari disertasi Abdul Gani Asyik, PhD (The University of Michigan), memang tidak disangkal bahwa penelusuran bahasa Aceh sampai ke asal muasalnya telah menjadi sebuah karya ilmiah yang begitu berharga. Betapa tidak, karya dari Abdul Gani telah menjadi salah satu bagian dari referensi kita untuk mengenal bahasa sendiri jauh lebih dalam dari apa yang kita tahu sekarang.

Kita tidak tahu sampai kapan bahasa dan budaya kita ini bisa bertahan di muka bumi ini, apakah akan sempat anak cucu kita nanti masih bisa mengecap dan ingat lagi dengan budaya leluhurnya yang begitu melengenda atau memang itu hanya akan ada di buku saja sebagai catatan satu sejarah yang pernah terlewatkan oleh bumi Aceh. Wallahu’alam

Atau memang sekarang sudah tiba saatnya mempensiunkan titel para Cut dan Teuku yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dengan budayanya, ini hanya guyonan saja menurut saya. Karena apa pun cerita yang paling utama kita lakukan adalah memberikan pendidikan yang cukup untuk setiap generasi dengan ilmu yang kuat, terlebih dan sangat pokok yaitu ilmu agama. Dari sinilah mereka akan berkembang dan percaya bahwa pentingya menjaga nilai luhur bangsa akan menjadi kewajiban yang sangat berharga, sehingga disatu sisi tidak ada nilai-nilai yang hilang dari sebuah tatanan yang telah ada dan menjadikan kembali maruah endatu terdahulu menjadi gemilang seperti sedia kala. Semoga. []

*) Aulia Fitri, mahasiswa Universitas Indonesia. Pemilik blog http://aulia87.wordpress.com.

DISCLAIMER:

WargaMenulis

  • Semua isi materi yang dimuat oleh Warga Menulis adalah tanggung jawab pengirim sepenuhnya. Redaksi berhak mengedit materi sepanjang tidak mengubah isi dan substansi.
  • Kami adalah portal berita, dan melalui kanal ini, ingin mengajak anda terlibat dalam proses penciptaan berita. Peristiwa terjadi setiap saat, dan karena itu pasti lebih banyak berita di sekitar kita dari apa yang terlihat di media, baik cetak maupun elektronik.
  • Kanal ini diciptakan khusus bagi Anda: pecinta Citizen Journalism. Anda boleh berbagi cerita yang tak biasanya kita baca. Cerita yang kuat, menarik, penting, dan bersifat mendesak dari Anda, sangat mungkin menjadi salah satu headline di acehkita.com.
  • Pembaca yang ingin bergabung dalam Komunitas Warga Menulis agar mengirimkan aplikasi (fotokopi identitas diri, biodata singkat) ke [email protected] atau [email protected].
  • Previous article
    Next article
    Redaksi
    Redaksihttp://www.acehkita.com
    ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

    Baca Tulisan Lainnya

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Stay Connected

    0FansLike
    21,903FollowersFollow
    24,500SubscribersSubscribe
    - Advertisement -

    TERBARU