Dok. Az Zuhri

UMUMNYA banyak orang menghabiskan waktu liburannya untuk menghilangkan penat selepas masa kerja atau belajar dengan berpergian ke suatu tempat yang dirasa memiliki daya pikat tersendiri untuk me-refresh pikiran. Bagi Anda yang suka menghabiskan masa libur bersenang-senang dengan cara travelling, Hongkong adalah salah satu tempat yang asyik untuk dikunjungi. Jika Anda tertarik, tulisan ini mungkin sedikit membantu jika disimak.

Libur musim dingin kini tiba, saya dengan beberapa teman lainnya yang terbentuk dalam sebuah grup nekat bernama “Bek Pike” telah berancang-ancang sebelumnya untuk menghabiskan libur kali ini dengan memanjakan mata melihat eloknya belahan bumi Tuhan lainnya di Tiongkok ini. Kata “Bek Pike” sendiri terinspirasi dari kata back packer dengan slogan yang penting jalan dengan budget irit tapi mencapai target tempat-tempat menawan yang dikehendaki tanpa banyak mikir-mikir. Awalnya ada beberapa list tempat yang menjadi tujuan kami yaitu Hongkong, Xi’an, Nanchang, Hunan, dan Beijing. Semua tempat ini memiliki keelokan tersendiri, namun pada akhir kesimpulan kami memilih untuk menjamah Hongkong terlebih dahulu dengan modal nekat dan bahasa seadanya.

Hongkong adalah wilayah yang memiliki administratif khusus, terletak di bagian tenggara Tiongkok di Pearl River Estuari dan Laut Tiongkok Selatan, dan 60 kilometer sebelah timur Makau di sisi berlawanan dari Pearl River Delta. Berbatasan pula dengan kota Shenzhen di utara, di seberang Sungai Sham Chun, Shenzhen. Luas daerahnya mencapai 1,104 kilometer persegi yang terdiri atas Hongkong Island, Kowloon, New Territories, dan lebih dari 200 pulau lepas pantai. Dari 93,6 persen penduduknya merupakan etnis Tionghoa, dan sisanya ada dari India, Pakistan, Vietnam, Eropa dan lain-lain.

Hongkong berdiri dengan kokoh di bawah kebijakan satu negara dengan dua sistem. Mengapa demikian? Karena Hongkong memiliki mata uang sendiri berupa Dolar Hongkong (HKD/HK$) yang berbeda dengan negaranya, Tiongkok. Sedangkan Tiongkok sendiri menggunakan  China Yuan Renminbi (CNY/RMB) atau Yuan yang disajikan dengan simbol “¥” yang umum kita kenal di tanah air. Nilai HKD sedikit lebih rendah ketimbang CNY, sekarang $ 1,2 adalah ¥ 1. Jika dirupiahkan kurang lebih 2.000.

Terdengar lucu bukan jika di dalam sebuah negara memiliki lebih dari satu mata uang. Begitupun pada persoalan hukum, bea cukai, imigrasi, dan peraturan jalan, Hongkong diberikan hak tersendiri untuk mengaturnya. Namun pada persoalan sistem pertahanan nasional dan hubungan diplomatik tetap di bawah kendali Tiongkok. Bahasa yang mereka gunakan dalam keseharian dan menjadi sebagai bahasa daerah yang diakui yaitu Kanton. Sedangkan bahasa yang umum digunakan warga Tiongkok sendiri adalah Putonghua. Namun walaupun begitu, ada banyak penduduk di sana juga bisa berbahasa Putonghua bahkan Inggris.

Hongkong tiap harinya tak pernah sepi dengan turis apalagi di hari-hari libur. Karena memang pariwisata merupakan salah satu tonggak utama perekonomiannya. Ketika menceritakan Hongkong ada keunikan tersendiri bagi saya. Hal ini jualah yang memikat kami untuk menyegerakan hadir ke Hongkong terlebih dahulu. Bagaimana bisa kota di dalam sebuah negara memiliki mata uang tersendiri. Mungkin saat ini Anda sedang menggeleng-gelengkan kepala. Sudah hentikan itu!

15 Februari 2015, kami pun akhirnya tiba untuk pertama kalinya di Hongkong tempat di mana banyak artis menjadikannya sebagai salah satu daftar tempat favorit yang harus dikunjungi. Tempat yang jadi tujuan pertama kami kunjungi sekaligus menginap adalah Tsim Sha Tsui, Kowloon. Tempat ini sungguh menawan tak saja di kala pagi dan petang, tapi juga malam. Apalagi jika langit cerah cahaya-cahaya lampu dari Hongkong Island pasti akan terlihat anggun menghiasi gedung-gedung pencakar langit. Sesekali kapal pesiar melintasi laut yang tenang membawa orang-orang untuk menyeberang ke Hongkong Island, daratan yang berada di sebelahnya. Ada juga yang hanya mengitari pantai melihat-lihat keanggunan kota di kala malam. Di Tsim Sha Shui terdapat pula tempat perbelanjaan, restoran, serta musium termasuk Museum of History, Museum of Art, dan Museum of Space berada di sini. Tak hanya itu di sana juga terdapat sebuah masjid besar bernama Kowloon yang berada di pinggir jalan besar.

Sejatinya tidak akan sempurnalah berwisata ke Hongkong jika tak sampai ke The Peak atau Peak Tower di Victoria Peak karena dari tempat ini kita bisa melihat kesempurnaan kota Hongkong dari ketinggian. Victoria Peak adalah sebuah gunung tertinggi di Hongkong Island bagian barat daya dengan ketinggian 552 meter. Peak Tower adalah salah satu objek wisata yang paling populer di Hongkong. Hal yang memikat para turis ke Peak Tower adalah pemandangan spektakuler dari kota hidup yang indah mencakup pulau Hongkong dan semenanjung Kowloon. Lokasi ini juga merupakan tempat tinggal elite. Jika anda berada di Tsim Sha Shui maka untuk menuju tempat ini bisa menaiki kapal ferry dengan membayar $ 2,5 dan kemudian menaiki taxi dengan tarif $ 69. Jika pergi dalam jumlah lebih dari tiga orang setiap perjalanan tidak akan terasa mahal.

Peak Tower adalah sebuah menara di Victoria Peak yang juga menjadi pemberhentian paling atas dari Peak Tram. Menara ini berbentuk wajan (setengah lingkaran dengan sisi lurus di bagian atas) dan memiliki tujuh lantai dengan total luas 10.400 meter per segi. The Peak bisa dicapai lewat jalan biasa atau peak tram, sebuah kereta funikular. Bila menggunakan tram, penumpang bisa melihat pemandangan Hongkong Island di satu sisi, sedangkan jika menggunakan jalan bisa melihat seluruh bagian dari Hongkong. Di dalam The Peak Tower terdapat pula restoran, toko-toko dan tempat hiburan diatur dengan latar belakang yang indah, tampak kota yang penuh tumpukan gedung pencakar langit.

Bagi yang suka dengan hal-hal berbau histori, Hongkong juga memiliki banyak tempat penuh sejarah. Big Buddha misalkan. Patung Budha besar yang terbuat dari perunggu ini berada di ketinggian puncak gunung Ngong Ping, Pulau Lantau, Hongkong. Siapkan mental untuk dapat menempuh tempatnya yang tergolong tinggi walaupun difasilitasi tangga yang bagus. Memasuki tempat ini gratis, hanya saja perjalanan menuju ke sana perlu sedikit merogoh kocek. Untuk menuju tempat ini kita juga bisa menggunakan bus atau peak tram. Menaiki peak tram akan memperoleh kepuasan tersendiri, kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa dari ketinggian jika kabut tidak terlalu menyelimuti langit.

Kemudian bagi para pecinta tanaman seperti bunga, Victoria Park-lah tempatnya. Di sana tersedia bunga hidup dengan beraneka jenis yang siap jual. Di sekitarnyapun dapat kita temui supermarket dan restoran Indonesia yang terletak dekat dan mudah didapat hanya dengan berjalan kaki. Menariknya lagi kita akan terkaget-kaget ketika melakukan perjalanan dari Victoria Park menuju restoran dan supermarket tersebut, melihat beberapa tanda tempat menggunakan bahasa Indonesia setelah bahasa Kanton dan Inggris. Seperti halnya pelarangan untuk tidak merusak tanaman “Dilarang Menginjak Tanaman Ini” atau “Dilarang Berjualan atau Membuang Sampah Sembarangan, Pelanggar Akan Dituntut di depan Pengadilan”. Kita seakan-akan dibuat seperti berada di negara sendiri. Bahkan kita sangat mudah untuk menjumpai orang-orang asal Indonesia yang pada umumnya mereka bekerja di sana. Mereka sangat ramah dan sifat yang saling bantu-membantu itu yang menjadikan kekeluargaan menjadi tetap hangat walaupun telah menginjak pulau yang berbeda. Masih ada lagi tempat-tempat wisata yang bagus di Hongkong yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Sedangkan soal makanan halal di Hongkong, bagi saya tidaklah sesulit yang dibayangkan karena juga ada orang yang menjual makanan halal di dekat-dekat wilayah wisata yang jadi tujuan. Bahkan juga ada orang Indonesia dengan supermarket dan produk-produk tanah air yang kita dapati di sana. Makanan agak sedikit mahal memang bagi kantong-kantong pelajar seperti kami, harganyapun bervariasi tergantung tempat dan jenis makanannya seperti apa yang akan dimakan. Ada yang satu porsi mencapai $ 35 bahkan lebih mahal. Ada juga yang murah, semuanya kembali ke kita lagi untuk mensiasatinya seperti apa. Namun bukan berarti semuanya mahal, pakaian misalkan atau bahkan suvenir tergolong murah jika Anda berbelanja di beberapa tempat di sana seperti Temple Street Night Market. Berjalan-jalan, berbelanja suvenir, penginapan, dan makan dengan menghabiskan uang sekitar Rp2 juta bagi saya sudah cukup untuk dua sampai tiga hari berada di Hongkong.

Saran saya siapkan sedikit modal bisa berbahasa Mandarin dan Inggris itu penting agar perjalanan lebih mudah jika melancong tanpa pemandu. Jika cakap berbahasa yang digunakan oleh orang-orang setempat alangkah lebih bagus. Berhati-hatilah terhadap penipuan karena waktu yang bagus banyak orang liar memanfaatkannya untuk berbuat kejahatan. Misalkan saja tarif taxi yang seharusnya cuma $ 60 bisa jadi $ 300 mereka buat jika kita tidak sedikit lihai. Terpenting jangan sungkan untuk bertanya, Insya Allah penduduk di sana mau membantu agar perjalanan lebih terasa mudah. Orang-orang kita juga ramai di sana. Bagaimana sekarang ingin mencoba? Ayo berkunjung! []

AL-ZUHRI, Penerima Beasiswa China Scholarship Council (CSC) pada Program Magister di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Hongkong.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.