Thursday, April 25, 2024
spot_img

Menaklukkan ‘Api’ di Gedung Tsunami

MATAHARI perlahan beranjak meninggi. Embun di pucuk-pucuk daun halaman belakang geudung Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Ulee Lheue, pelan-pelan memuai. Gedung TDMRC akrab dengan sebutan gedung riset dan mitigasi bencana tsunami.

Anggota pemadam kebakaran menjinakkan api dengan goni basah. | Foto: Herman R.N.
Hari itu, Minggu, 17 Juli 2011, sekitar pukul 10.00 WIB. Orang-orang sudah berkumpul di sana sejak sejam yang lalu. Sebuah panggung kecil di sebelah barat dipasang menghadap ke timur laut. Di hadapannya terdapat teratak sepanjang kira-kira dua puluh meter. Puluhan kursi plastik –dari jumlahnya yang seratusan—tampak telah diduduki banyak orang. Ada yang mengenakan pakaian tari, ada yang kostumnya mirip pencuri, ada berlagak hitam serupa korban tsunami.

Mereka menyeringai karena teriknya matahari. Beberapa anak sekolah dasar dan sekolah menengah atas mulai memainkan kipas mungil mereka. Di antaranya ada yang hanya menyeka keringat di bagian wajah dengan tisu atau belakang tangannya sendiri.

Tiba-tiba saja di tengah halaman belakang TDMRC itu muncul api. Api tersebut berasal dari sebuah drum. Agaknya drum itu telah berisi air dan bensin. Beberapa suara mulai berteriak kecil “Api..api..”

“Eh..copot, api..copot terbakar..eh..” suara latah seorang perempuan muncul juga dari keramaian.

Seketika itu pula, seorang lelaki dewasa berbadan tegap, dengan kostum serba donker, mengambil selembar goni. Goni yang telah dibasahinya terlebih dahulu itu ditelungkupkannya ke api yang sedang menyala. Pada topi si lelaki tertulis “pemadam”. Agaknya ‘kebakaran’ baru saja terjadi. Namun, berkat sigapnya si pemadam, api kini telah padam. Perlahan, menipis pula asap yang mulanya berwarna kelam, lalu hilang, tanda kebakaran telah teratasi.

“Nah, cara memadamkannya tidak boleh berlawanan dengan arah angin,” kata seorang lelaki dewasa bertubuh jangkung. Lelaki berbaju putih itu tidak jauh berdiri dari sisi si pemadam tadi.

Dari cara ia bertutur, pakaiannya, dapat ditebak bahwa lelaki itu adalah komandan pemadam kebakaran Kota Banda Aceh. Adapun si lelaki yang memadamkan api dengan goni adalah seorang anggotanya.

Simulasi mengatasi kebakaran secara tradisional tersebut dipertunjukkan Satuan Pemadam Kebakaran dari Kota Banda Aceh dalam kegiatan yang digelar oleh TDMRC Ulee Lheue. Selain cara tradisional, mereka juga memperagakan memadamkan api secara modern, dengan menggunakan tabung pemadam.

“Jadi, begitu kalau terjadi kebakaran di rumah, dari mana pun penyebabnya, termasuk dari kompor. Salah satu antisipasi dapat dilakukan dengan goni basah,” tambah komandan pemadam.

Ia juga mempersilakan seorang tamu di sana untuk mempraktikkan cara memadamkan api dari drum seperti yang dilakoni anggota pemadam itu sebelumnya.

Ketua Panitia, Mukhlis A. Hamid, menyampaikan, kegiatan itu berlangsung dua hari, 16-17 Juli 2011. “Ada lomba mewarnai, lomba menulis cerita berdasarkan gambar, lomba tari. Ada juga musikalisasi puisi,” ujarnya.

Anek lomba yang digelar sepanjang dua hari itu untuk tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, yang lokasi sekolahnya berada di sekitar lokasi tsunami, Ulee Lheue serta Peukan Bada.

“Acara ini bekerja sama dengan PMI Kota Banda Aceh, Walhi Aceh, dan Pemadam Kota Banda Aceh,” imbuh dosen sastra Unsyiah itu. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU