Friday, April 19, 2024
spot_img

Wartawan Mengenang Sahabat

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Puluhan jurnalis lintas media di Aceh menggelar doa bersama untuk korban tsunami dan renungan untuk para wartawan yang ikut jadi korban bencana akhir 2004 itu, di Taman Putroe Phang Banda Aceh, Jumat (25/12) malam.

Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Ucok Parta/ACEHKITA.COM
Daspriani Zamzami, panitia pelaksana, mengatakan, doa bersama itu bagian dari memperingati genap lima tahun tsunami yang jatuh esok, Sabtu (26/12).

Acara dengan tema ‘Mengenang Sahabat, Perjuanganmu Kami Lanjutkan’ diawali dengan mengurai testimoni singkat, pengalaman dan kisah hidup para wartawan yang telah meninggal saat tsunami melanda dipaparkan oleh jurnalis senior yang sempat akrab dengan mereka. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dipimpin oleh Teungku Fakhruddin, Pimpinan Dayah Oemar Diyan, Indrapuri, dan Dayah Al Manar, Cot Irie, Aceh Besar.

Usai doa, beberapa jurnalis menggelar ekpresi puisi dengan tema ‘Kenang Sahabat’ di lokasi yang hanya diterangi dengan obor.

Di lokasi acara, para jurnalis juga memajang sejumlah foto kenangan wartawan yang jadi korban ombak ganas itu.

Saat tsunami memuncah, pagi Minggu 26-12-2004, usai gempa berkekuatan 8,9 SR, 27 jurnalis Aceh meninggal bersama 160 ribu lebih korban lainnya. Mereka adalah, Muhammad Rokan, Erwiyan Safri, Karta Gusti, Razali Idris, Sayed Alwi, Thondi Rizal Putra, Syahrul Rahman dan Muharram M. Nur.

Selanjutnya Ridwan Ishak, Erismawati, Muhammad Rizal, Syafwan, Saleh Adami, Najamuddin Oemar, Ismail MK, Muhammad Amin, Aswin F Choky, Jarimin, Darmawan, Syafruddin, Taufan Nugraha, Zainal Abidin, Darli, Ambina, Badrus Salomi, Arahman Usman dan Ridwan DS.

Seorang jurnalis senior yang juga rekan para korban, Nurdin Hasan, mengatakan, mereka adalah orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap dunia jurnalistik dan patut dijadikan panutan oleh para jurnalis muda yang banyak muncul di Aceh usai tsunami. Di lokasi acara, para jurnalis juga memajang sejumlah foto kenangan wartawan yang jadi korban ombak ganas itu.

“Mereka sudah memberikan dedikasinya mengenalkan Aceh ke luar lewat berita. Di mana saat itu, Aceh dalam kondisi yang dilematis (konflik bersenjata), tapi mereka terus bekerja diantara tekanan-tekanan dua pihak bertikai (TNI/Polri dan GAM) memberitakan yang terjadi di Aceh,” kenang Nurdin, yang juga mantan Ketua AJI Banda Aceh. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU