BANDA ACEH | ACEHKITA.com – Puluhan mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Kamis (2/7), mengecam keras tindakan anggota DPRA yang menghabiskan masa akhir jabatan mereka melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Mahasiswa menantang anggota Dewan berkunjung ke desa terpencil di Aceh.
Para pendemo mendatangi kantor gubernur Aceh karena menyesalkan tindakan eksekutif yang memberikan rekomendasi kepada Menteri Dalam Negeri, sehingga mendapat izin melakukan perjalanan ke luar negeri.
Dalam orasinya, seorang pendemo menantang anggota dewan untuk berkunjung ke daerah tertinggal di Aceh untuk merumuskan program kerja yang berpihak kepada rakyat.
“Di masa sulit perekonomian masyarakt di Aceh ini, sangat tidak adil jika para anggota dewan menghabiskan masa kerja dengan melakukankunjungan ke luar negeri,” teriak seorang pendemo.
Dalam aksinya, para mahasiswa juga mengusung dua “tiket” raksasa perjalanan ke sejumlah daerah tertinggal di Aceh. “Tiket” itu menyindir anggota dewan yang bepergian ke luar negeri. Menurut mahasiswa, tiket raksasa ini akan diberikan kepada anggota DPRA dan pihak Pemerintah Aceh, untuk berkunjung ke daerah tertinggal.
Mahasiswa dan polisi sempat bersitegang. Pasalnya, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf tak kunjung menemui pendemo. Tiket itu akhirnya diberikan kepada Sekretaris Daerah Husni Bahri TOB, yang menemui mahasiswa.
Namun, Husni menolak menerima dan menandatangani “tiket raksasa” tersebut, dengan alasan tak tertulis nama Pemerintahan Aceh. Akibatnya, situasi ini sempat menimbulkan pertengkaran mulut antara Presiden Pema Unsyiah Mujiburrahman dan Sekda Aceh Husni Bahri TOB.
Usai berunjukrasa di kantor gubernur, mahasiswa menuju gedung DPRA di Jalan Teungku Daud Beureu-eh, Kuta Alam. Mahasiswa menuntut agar dewan bisa memberikan laporan kunjungan ke luar negeri. Sayang, tak ada seorang pun anggota parlemen yang menemui mahasiswa. []
