MEULABOH | ACEHKITA.COM — Bupati Aceh Barat Ramli Mansur menyerahkan rok kepada Dinas Syariat Islam, petugas Wilayatul Hisbah, dan tim sosialisasi, serta kepala dinas. Pembagian rok ini sekaligus menandakan berlakunya larangan pemakaian celana bagi warga Aceh Barat.
Pemerintah Aceh Barat secara resmi memberlakukan aturan yang melarang kaum perempuan mengenakan baju dan celana ketat mulai Kamis (27/5). Pemberlakuan aturan ini ditandai dengan razia busana yang digelar petugas Wilayatul Hisbah (WH, polisi syaraih) di Desa Pasi Jambu, Kecamatan Kaway XVI.
Dalam razia ini, sebanyak 16 perempuan terkena razia. Mereka umumnya ibu-ibu yang tengah bepergian ke pesta atau kembali dari pasar. Mereka yang mengenakan celana dan baju ketat didata untuk kemudian diceramahi dan diberikan rok.
“Saya tidak tahu ada aturan ini,” kata seorang warga yang terjebak razia. Ia tidak mau disebutkan namanya. “Saya merasa kesulitan jika memakai rok, karena mengendarai sepeda motor dan membonceng anak-anak.”
Bupati Aceh Barat Ramli Mansur mewanti-wanti agar mendukung upaya penegakan syariat Islam yang tengah diterapkan pemerintah. “Saya mengharapkan agar jangan sekali-kali kita melemahkan posisi Islam. Jangan anggap enteng Islam, karena hukumnya murtad,” kata Ramli Mansur.
Pernyataan ini kembali diulangi Ramli saat apel di hadapan puluhan pegawai negeri sipil dan anggota WH di lingkungan Sekretariat Daerah Aceh, seremoni penyerahan secara simbolis rok kepada tim sosialisasi, dan di hadapan warga yang terjebak razia.
Razia perdana ini menyebabkan 16 perempuan terkena kasus busana. Kepada mereka dibagikan rok dan harus memakai di lokasi razia langsung. []