BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Kunjungan Panitia Khusus Parlemen Aceh ke Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, untuk mencari berbagai masukan dari masyarakat terkait eksplorasi biji besi di sana, nyaris ricuh, Kamis (22/4) siang. Ketegangan dimulai ketika para anggota Pansus hendak memasuki areal penambangan biji besi PT Lhoong Setia Mining (LSM).
Ketika kunjungan itu, sejumlah warga yang berasal dari Desa Geunteut, Blang Me, Umong Seuribee, dan Jantang tidak sanggup menahan kekesalan akibat ulah PT LSM yang mengabaikan rekomendasi awal pekan ini. Dalam rekomendasi itu, DPR Aceh meminta agar PT LSM menghentikan sementara eksploitasi biji besi, hingga dicapai titik temu antara masyarakat Lhoong dengan PT LSM.
“Ketegangan semakin memanas ketika salah seorang anggota Brimob mengokang senjata laras panjang di depan anggota Pansus, Kapolsek Lhoong Ipda Zulkarnaen dan sejumlah warga,” kata Hendra LH dari Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh yang selama ini aktif mengadvokasi warga Lhoong.
Ketegangan ini reda setelah Koordinator Komite Masyarakat Lhoong Muhajir menenangkan massa.
Tim Pansus DPR Aceh yang terdiri atas Umuruddin Desku, Ghufran Zainal Abidin, Adnan Beuransyah, Nasruddin, Muhammad Al Fatah, dan Sidik Fahmi. Anggota Pansus hanya bisa meninjau lokasi penambangan biji besi itu sekitar 20 menit. Di sana, Pansus mengambil sampel bebatuan yang mengandung biji besi.
Koordinator KML Mujahir menuturkan, warga terpancing oleh aksi arogan sejumlah pengamanan PT. LSM. “Saya sangat kecewa dengan sikap petugas keamanan PT. LSM yang tidak menghormati kehadiran tim Pansus DPRA,” ujar Muhajir.
Sementara Sekretaris Gampong Baroeh Geunteut Zainal Arifin menuturkan, bahwa masyarakat sangat berharap tim Pansus juga menjumpai para pemilik tanah yang terkena proyek penambangan tapi belum ada ganti rugi.
Ketua Komisi B DPRA Umuruddin Desky usai meninjau lokasi mengatakan, pihaknya terlebih dahulu akan mempelajari temuan dari kunjungan ini. “Kami masih akan mengumpulkan data-data,” kata dia. []