BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh Destika Gilang Lestari mengajak semua pihak di Aceh untuk menghormati supremasi hukum dan tidak main hakim sendiri.
Hal itu disampaikan KontraS Aceh menyikapi kasus anarki di Desa Jambo Dalam, Kecamatan Plimbang, Bireuen, Jumat tengah malam lalu. Dalam aksi anarki itu, tiga tewas dan sembilan lainnya luka-luka. Kejadian anarki terjadi ketika massa mendatangi balai pengajian Teungku Aiyub, yang oleh mereka menuding mengajarkan aliran sesat.
Destika menyebutkan, anarki Jumat malam membuktikan bahwa aparat penegak hukum telah kehilangan kontrol dalam penegakan hukum. “Sehingga bentrokan massa dengan leluasa berlangsung,” kata Destika dalam siaran pers yang dikirim ke acehkita.com, Senin (19/11). “Kami mengajak semua pihak untuk mengormati supremasi hukum.”
KontraS Aceh menyesali tindakan anarki yang kemudian menimbulkan korban nyawa dan harta. Untuk itu, KontraS meminta polisi untuk memproses kasus anarki itu secara serius dan mengungkap dalang kejadian tersebut.
“Kegagalan untuk menghindarkan terjadinya amuk massa dipicu oleh lemahnya fungsi intelijen dan kesiapan petugas kepolisian untuk mengantisipasi dan mencegah kejadian bentrokan tersebut,” ujar Destika.
Polri selaku aparat penegak hukum, kata Destika, dituntut mampu berperan dalam menunjang terwujudnya supremasi hukum. “Kehendak untuk mewujudkan supremasi hukum merupakan tantangan bagi Polri, karena Polri diharapkan untuk mampu meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya melalui penerapan paradigma baru dalam proses penegakan hukum,” sebut Destika. []