ENAM kilogram kentang dan wortel setiap harinya tersedia untuk masak besar ini. Satu harinya ada dua belanga besar yang akan digunakan dan wargapun meuripee mengumpulkan dana untuk memenuhi bahan masakan setiap hari di bulan Ramadan ini. Semua sumbangan ini tercatat di dinding kanan kiri Masjid Al-Furqan Beurawe, Banda Aceh, agar pengelolaan dana Kanji Rumbi lebih transparan.Satu kuali besar itu bisa menghabiskan Rp700 ribu.

Kanji adalah bahasa Aceh dari bubur. Di tengah masyarakat Aceh, ada berangam masakan kanji dan salah satu yang paling disukai untuk berbuka puasa adalah Kanji Rumbi, bubur berempah ini. Masakan ini merupakan adaptasi dari makanan India yang memiliki sebaran di beberapa kawasan di benua Asia namun dalam bentuk dan rasa yang sedikit berbeda.

“Selain menyumbang uang ada juga yang menyumbang beras, sebelum memasuki bulan puasa diumumkan di masjid akan kebutuhan dana dan kapan mulai dapat menyumbang,” ujar Mulyadi, seorang pengurus masjid.

Menurut Mulyadi menyantap kanji merupakan kegemaran warga, sehingga setiap tahun kegiatan ini selalu digelar. Siapa saja yang ingin mencicipi Kanji Rumbi, bisa datang ke masjid sebelum azan asar berkumandang. Saat itulah kanji dibagikan kepada warga. Selebihnya, kanji disediakan untuk mereka yang berbuka dan bertadarus di masjid.

Selepas salat zuhur, Rafi, Budi, Bustami dan Hisbul sudah bersiap untuk memasak. Dapur sederhana itu terletak di sisi kiri masjid, tepat di bawah batang pohon kuini. Mereka ditunjuk oleh Badan Kemakmuran Masjid untuk bertanggung jawab dan menjadi koki. Dua wajan besi besar diletakkan di atas kompor kayu yang terbuat dari sebuah drum.

Proses memasak yang memakan waktu sampai tiga jam membuat empat lelaki ini harus menahan perih mata karena asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan tenaga ekstra untuk terus mengaduk. “Kalau pakai kompor wanginya beda, jadi lebih enak pakai kayu,” ungkap Budi atau lebih dikenal dengan panggilan Agam. “Pakai kayu pun makan lebih awet tidak lekas basi.”

Dua belas galon air terletak di bawah meja kecil tak jauh dari tungku. Sedangkan di atas meja di sisi lain terdapat baskom berisi daun bawang dan daun sop yang sudah tercincang kasar. Empat are setengah beras yang diperlukan untuk satu beulangong. Satu sak  beras dan 10 kilogram udang berada dalam kedua wajan besi. Menurut Mulyadi, udang menjadi pilihan karena tidak semua orang menyukai ayam.

Rafi’ dan Hisbul masing masing mengaduk satu belanga dengan centong kayu panjang. Bustami memasang kayu agar api terus menyala dan Agam bertugas menakar bumbu. Setiap harinya mereka diupah Rp100 ribu untuk satu wajan besar itu. Para koki ini adalah generasi kelima dari petugas memasak kanji rumbi yang sudah dimulai sejak tahun1996 ini. Hanya satu wajan besar ketika pertama sekali memulainya beberapa tahun yang lalu.

“Ada permintaan dari warga kampung, lalu dicoba karena makanan ini baik bagi pencernaan apalagi selepas berpuasa, dimulai dari coba-coba langsung meukenong (suka),” kisah Agam sambil menakar beberapa bumbu. “Awalnya hanya untuk berbuka bersama di masjid dan hanya sedikit yang dibagi.”

Keempat koki ini akan terus berkerja sebulan penuh dan ditambah beberapa hari untuk puasa enam nanti selepas Ramadan namun ketika kenduri khatam Al-Quran mereka mempunyai satu hari libur karena pada hari itu belanga yang ada akan dimasak kuwah beulangong yang nantinya juga akan dibagi-bagikan.

Satu jam sejak dimulai semua galon air yang ada sudah kosong, Bustami pun sudah beberapa kali memasukan kayu baru. Rafi’ masih terus mengaduk isi belanga. “Kalau tidak terus diaduk bisa hangus bagian bawahnya,” katanya. Ia merupakan satu-satunya pengurus BKM di situ. Setiap harinya ia akan mengeluarkan dana untuk belanja.

Wangi rempah sudah tercium dari kejauhan tanda sebentar lagi kanji akan matang. Ada beberapa rempah yang digunakan dalam membuat masakan ini. Sambil terus mengaduk Rafi’ membagi resepnya. Bahan bumbu giling yang harus disiapkan adalah bawang putih, bawang merah, ketumbar bubuk, ketumbar gongseng, jira manis, jira engkot (ikan) dan merica.

Mentega, bawang putih, bawang merah, kapulaga, bungong lawang kleng, serai, daun salam, daun pandan, lengkuas, pala, cengkeh dan Oen Temurui merupakan bahan untuk bumbu menumis. Kemudian siapkan juga beras, santan, wortel, kentang, daun bawang, daun sop, kayu manis, garam, kunyit dan udang.

Empat kelapa agar menghasilkan santan untuk satu belanga. Proses memasaknya pertama mentega dilelehkan bersama bawang merah, bawang putih lalu masukkan bumbu yang digiling serta semua bumbu tumis bersama air lalu beras dan aduk terus sampai beras menjadi matang 70 persen. Kemudian masukkan santan dan didihkan. Proses akhirnya adalah memasukkan daun bawang, kunyit yang sudah dicampur air, garam dan daun sop.

Sementara yang lain terus mengaduk, Agam sibuk menambah bumbu, ia sudah sangat terbiasa sehingga semua takaran yang ada sudah terhafal. Menjelang azan asar, warga sudah datang membawa rantang untuk membawa pulang kanji rumbi sebagian di antara mereka adalah anak anak.

“Kanji ini adalah sedekah siapa saja yang datang sebelum kehabisan semuanya mendapatkannya sedangkan sebagian warga nanti mengambil sambil mengantar kue dan air untuk berbuka puasa di masjid,” ujar Rafi’.

Masak besar ini menghasilkan empat ratus porsi per wajannya. Namun untuk dibawa pulang ke rumah para koki menjatah paling banyak seorang memperoleh tiga gayung. Sebanyak seratus porsi akan disimpan untuk yang datang berbuka puasa di masjid.

Kausar termasuk yang membawa rantang hari itu. Keluarganya menyukai kanji buatan masjid. “Dari kecil saya sudah mulai mengantre kanji,” katanya tersenyum.

Hari itu ia khusus datang karena akan ada tamu yang datang ke rumah dan mempunyai permintaan untuk disuguhkan masakan istimewa ini. “Akan sungguh menyenangkan kalau tradisi ini terus ada, memperbanyak sedekah di bulan Ramadan,” lanjutnya.

Kanji rumbi tidak hanya bisa berisi udang namun juga ayam dan daging sapi. Rahdian salah seorang penjual kanji rumbi di jalan Tgk Pulo di Baroh menyediakan kanji rumbi ayam dan kanji rumbi udang. Satu kantong ukuran satu kilogram berisi kanji yang dijual Rp5 ribu per porsinya. Lelaki yang tinggal di Blower ini memasak mulai dari jam sebelas siang dan kemudian mulai menjual bersama yang lain jam empat sore. Walaupun hanya menjual ketika bulan Ramadan ia mengaku senang dengan penghasilan yang diperoleh. “Ya cukuplah untuk uang jajan dan balik modal,” katanya tertawa kecil.

Roslinda memilih memasak sendiri kanji rumbi di rumahnya. Orang tuanya lebih menyukai makanan yang tidak begitu keras saat berbuka puasa. Ia memasak dengan mencampur antara udang dan daging. “Mungkin tidak terlalu enak kalau dibandingkan yang kita beli di pasar, namun di rumah semuanya menyukai kanji buatan saya,” ungkapnya. Untuk menambah bubur rempah ini lebih harum dan gurih ia menabur bawang merah goreng di atasnya.

Ingin mencoba Kanji Rumbi untuk berbuka puasa bisa datang ke Masjid Beurawe dengan membawa rantang atau kantong plastik, membelinya atau berkreasi sendiri di dapur. Rasanya, ehm mangat that. []

KHITHTHATI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.