Thursday, March 28, 2024
spot_img

Inilah Janji Para Calon Gubernur Aceh [5]

Zaini Abdullah
“Saudara pimpinan, ingatkan saya jika waktu telah habis,” kata Zaini Abdullah mengawali pidato pemaparan visi dan misi di hadapan anggota parlemen yang mengikuti sidang istimewa di DPR Aceh.

Zaini Abdullah | FOTO: Ibnu GP/ACEHKITA.COM
Zaini merasa perlu menyampaikan hal di atas karena dua kandidat lain: Irwandi Yusuf dan Darni M. Daud, diinterupsi oleh anggota DPRA dari Fraksi Partai Aceh. Kedua kandidat ini diinterupsi karena dinilai telah menggunakan maksimal waktu yang diberikan pimpinan sidang.

Zaini Abdullah lebih 30 tahun bermukim di Swedia. Ia mengasingkan diri ke negeri Skandinavia itu karena memilih jalan sebagai anggota Aceh Merdeka –belakangan berubah menjadi Gerakan Aceh Merdeka– yang diproklamirkan oleh Hasan Tiro pada 4 Desember 1976.

Setelah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada 2005 bersepakat mengakhiri konflik yang menewaskan tak kurang dari 15.000 jiwa, Zaini kembali ke Aceh dan menjadi warga negara Indonesia. Pada pilkada 2012 ini, ia memustuskan mencalonkan diri sebagai gubernur berpasangan dengan Muzakir Manaf. Mereka diusung Partai Aceh, partai lokal yang meraih suara terbanyak pada pemilihan 2009 lalu.

Saat menyampaikan visi dan misi, Zaini menyoroti potensi sumber daya alam Aceh yang berlimpah, yang belum maksimal digunakan. Menurut Zaini, Aceh merupakan daerah yang mempunyai potensi alam yang besar, sehingga bisa menjadi jaminan bagi terwujudnya rakyat Aceh yang makmur dan sejahtera.

“Sejarah juga telah membuktikan bahwa kejayaan dan kemakmuran bangsa Aceh telah pernah diraih pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda,” kata Zaini.

Berkaca pada kegemilangan sejarah masa lampau dan dengan potensi alam yang dimiliki Aceh, Zaini berjanji akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh. Karena itu adalah amanah endatu.

“Untuk menegakkan martabat dan marwah bangsa Aceh yang sejahtera, berkeadilan, serta mandiri dalam menjalankan pemerintahan di Aceh nantinya,” ujarnya.

Zaini menyorot sembilan permasalahan yang dihadapi masyarakat Aceh ke depan, yaitu: belum optimalnya pelaksanaan UU Pemerintaha Aceh sebagai wujud MoU Helsinki; masih tingginya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme; pelaksanaan nilai-nilai dinul Islam di Aceh yang belum maksimal.

Selain itu, Zaini juga menilai angka kemiskinan di Aceh masih tinggi; tingkat pengangguran terbuka juga masih tinggi; keterlibatan swasta dalam pembangunan masih rendah; sektor koperasi dan usaha kecil menengah belum berkembang dengan baik; rendahnya pemanfaatan potensi sumberdaya alam; dan pertumbuhan ekonomi Aceh yang masih rendah.

Karena itu, jika nanti terpilih, pasangan ini berjanji akan memperbaiki tata kelola pemerintahan Aceh yang amanah melalui implementasi dan penyelesaian turuan UU Pemerintahan Aceh untuk menjaga perdamaian yang abadi.

Kemudian, Zaini berjanji akan menerapkan budaya Aceh dan nilai-nilai Islam di semua sektor masyarakat; memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumberdaya manusia; melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi, dan berkelanjutan; mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam.

Zaini berkali-kali menekankan pentingnya menjalankan roda pemerintahan Aceh berlandaskan Undang-undang No 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh sebagai wujud MoU Helsinki. “Ini untuk mewujudkan pelaksanaan pemerintahan Aceh yang efektif dan efisien sebagaimana yang telah dituangkan dalam undang-undang tersebut, guna tercapainya masyarakat Aceh yang mandiri, makmur, dan sejahtera dalam bingkai NKRI,” kata dia. [tamat]

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU