BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Hutan mangrove (bakau) yang ada di sepanjang pantai timur Aceh terus dijarah oleh oknum warga, yang memanfaatkan batang tanaman itu untuk dibuat arang.
“Kami belum tahu berapa hektar yang sudah rusak, tapi sangat jelas terlihat hutan mangrove terus dirambah,” kata Huzer Apriansyah, Communication Officer WWF perwakilan Aceh, kepada acehkita.com, Jumat (13/11).
Kawasan yang masih dirambah adalah Aceh Timur dan sebagian Aceh Utara dan Lhokseumawe. Warga di sana, kata Huzer, biasanya dibayar oleh cukong kayu arang.
Jika hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan merusak lingkungan dan ekosistem air, serta upaya mengantisipasi pemanasan global tak tercapai.
“Mangrove salah satu tanaman yang mampu menyerap karbon (Co2) dalam jumlah besar,” ujar dia.
Tanaman itu juga sangat bermanfaat bagi kehidupan ekositem air dan burung-burung laut. Pascatsunami, WWF sempat memfasilitasi penanam mangrove di pesisir timur dan barat Aceh, dengan luas area seribu hektar lebih.
Namun, Huzer mengakui, pihaknya sulit mengawasi pertumbuhan tanaman itu. “Kita hanya mengajak masyarakat ikut memelihara,” kata dia.
Di beberapa tempat, warga mulai aktif memelihara tanaman pesisir. Di Desa Lam Nga, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, misalnya. Malah, warga sudah membentuk forum peduli mangrove.
Muhammad, kordinator forum mengatakan, dengan adanya lembaga itu, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya tanaman semakin bertambah, sehingga risiko perambahan kian kecil.
“Selain memelihara mangrove, kami juga akan menjaga tanaman-tanaman di hutan agar tidak ditebang,” kata lelaki yang akrab di sapa geng Amat ini. []