BANDA ACEH | ACEHKITA.COM – Kepulangan Deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Hasan Muhammad Di Tiro untuk kedua kalinya ke Aceh, hanya untuk melepas rindu akan kampong halamannya dan tak ada kaitannya dengan politik.
Pria yang di kalangan GAM dikenal sebagai Perdana Menteri ini, membantah kepulangan Hasan Tiro terkait disahkannya Qanun Wali Nanggroe dan untuk menepung tawari (peusijuek) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Partai Aceh. “Beliau hanya rindu dengan masyarakat Aceh,” sebutnya.
Malik belum bisa memastikan, berapa lama Hasan Tiro akan berada di Aceh. Ia juga tak mengungkapkan agenda sosok di kalangan GAM disebut wali nanggroe itu selama di Aceh. “Dalam beberapa hari ini hanya istirahat dan silaturrahmi,” ujarnya.
Namun, dia mengatakan Hasan Tiro akan bertandang ke sejumlah daerah di Aceh, yang belum sempat ia jajaki tahun lalu. “Dulu beliau pulang dalam keadaan waktu yang sangat sempit,” katanya.
Malik tak enggan berkomentar terkait masih adanya beberapa gangguan keamanan di Aceh, pasca-penandatanganan MoU damai antara GAM dan RI di Helsinki. “Ini masih dalam proses.”
Sebelumnya, Hasan Tiro beserta rombongannya disambut dengan tari ranup lampuan dan salawat badar saat tiba di rumah yang disiapkan sebagai penginapannya selama di Aceh di Jalan Pemancar, Lamteumen Timur, Banda Aceh.
Ia tiba semobil bersama Malik Mahmud, Zaini Abdullah dan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Mobil putih itu disetir Ketua Komite Peralihan Aceh, Muzakkir Manaf.
Tiga petinggi GAM itu kemudian dipeusijuek di atas pelamin oleh ulama Aceh Abu Gufran dan Cut Nyak Sari, Istri Usman Lampoh Awe, sejawat seperjuangan Hasan Tiro.
Para undangan ikut berdoa bersama untuk kebaikan Aceh. Doa dipimpin oleh Ulama Kharismatik Abuya Muhibuddin Waly.
Diluar pagar rumah yang akan ditinggali romobongan petinggi GAM itu, seribuan warga berkerumun ingin melihat Hasan Tiro. []