Thursday, March 28, 2024
spot_img

Hadiah Berbalut Noda

PESAN SINGKAT masuk ke telepon genggam milik Rusli (bukan nama sebenarnya). Ustad di pedalaman Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie itu sedikit gusar. Pengirim pesan, pria yang pernah bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ternama di kampung dan sempat melarikan diri ke Malaysia.

“Assalamualaikum tengku, ada hal penting yang ingin saya bicarakan, saya ke rumah anda sekarang,” bunyi SMS itu. Meski malam telah larut, Rusli mengizinkan.

Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM
Chaideer Mahyuddin/ACEHKITA.COM
Selang beberapa menit. Pria berkopiah, muncul di ambang pintu rumahnya. “Sebaiknya tengku mundur sebagai caleg,” ia memulai percakapan. Sontak Rusli terkejut. “Itu tidak dilarang undang-undang, hak saya untuk memilih partai manapun,” kata politisi Partai Daulat Aceh (PDA) ini.

Simpatisan Partai Aceh itu tetap ngotot. Dia kembali mendesak Rusli mundur dari bursa pencalonan. Dengan tenang Rusli berujar,”kenderaan kita berbeda tapi tujuan kita sama, demi kemaslahatan umat itu harga mati bagi saya.”

Merasa usahanya kandas, ia memotong pertemuan. ”Kalau tidak percaya ya terserah, nanti tahu sendiri akibatnya,” ujarnya, sambil berlalu pergi. “Saya tahu dia diutus untuk menggertak saya, mereka anggap dia bisa mempengaruhi saya,” ungkap Rusli, 30 tahun, pada acehkita.com, pertengahan Mei 2009 lalu.

Rusli masih beruntung. Rekannya yang juga calon legislatif PDA bahkan sempat dihadang sekawanan kader Partai Aceh. Perkaranya sederhana, ada stiker partainya di sepeda motor. “Motornya diancam bakar kalau masih ada stiker Partai Daulat Aceh,” kisah Rusli.

Sejak dideklarasikan menjadi Partai politik lokal, Partai Aceh disegani lawannya. Partai ini dibentuk secara resmi pada tangal 7 Juni 2007 oleh para mantan gerilyawan GAM. Sebelum bernama Partai Aceh, Partai bernama Partai GAM.

Departemen Hukum dan HAM menolak memverifikasi, partai ini masih berbau gerakan perlawan, dengan mengunakan bendera bulan bintang ber-striping merah, putih, hitam, serta tak punya singkatan nama Partai.

Lalu berganti nama menjadi Partai Gerakan Aceh Mandiri (GAM). Setelah proses panjang, akhirnya nama Partai ini diganti lagi menjadi Partai Aceh (PA), dan ditetapkan menjadi salah satu partai lokal peserta pemilu di Aceh.

Partai Aceh, memang memiliki masa dihampir semua daerah di Aceh. Dalam setiap kampanyenya, partai ini menyebut dirinya sebagai satu-satunya partai lokal yang diamanahkan perundingan damai (MoU) di Helsinki.

“Partai Aceh amanah MoU Helsinki, Partai lain semua ikut-ikutan, sudah ada SIRA, PRA, inilah, itulah tau apa mereka,” Sebut Sofyan Dawood, juru kampanye Partai Aceh, dihadapan ribuan masanya yang berkumpul di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, 1 April lalu.

Sofyan Dawood menuturkan, Setelah menguasai parlemen, Partai Aceh akan memperjuangkan lahirnya aturan pelaksana serta me-review Undang-Udang Pemerintah Aceh (UUPA). Yang paling penting, mengenai pasal soal ekonomi.

“Dengan banyaknya caleg orang Aceh yang duduk di parlemen, maka akan banyak kebijakan pemerintah yang berpihak kepada masyarakat Aceh, ekonomi Aceh harus maju,“ sebutnya.

Menurut dia, Partai Aceh tidak butuh modal uang yang begitu besar untuk kampanye. Sebab, PA telah berkampanye sejak tahun 1976 lewat GAM di bawah kendali Hasan Tiro. Darah dan keringat orang Aceh selama 32 tahun, kata Sofyan, menjadi modal bagi Aceh ke depan.

Dirinya juga mempertegas komitmen kelompok ini terhadap damai. Kata dia, tidak ada lagi tuntutan merdeka bagi rakyat Aceh dan GAM, jika pemerintah pusat berlaku adil. “Baik GAM, KPA dan Partai Aceh tidak pernah akan menuntut merdeka lagi,” katanya.

Dengan modal kampanye itu, Partai Aceh berhasil meraih 49,91 persen suara rakyat pada Pemilu legislatif untuk kursi DPR Aceh. Di kabupaten Pidie yang dikenal sebagai daerah basis GAM, Partai Aceh meraih 152.048 suara. Partai Demokrat menyusul dengan 9.036 pemilih, PDA 5.187 suara, Golkar 5.023 suara dan PKS dengan perolehan suara sebanyak 4.610 pemilih.
***
Kemenangan Partai Aceh disambut riang Syamaun, warga Indrapuri Aceh Besar. Pasalnya pada Pemilu 9 April lalu, dia juga memilih Partai Aceh. Harapannya, Aceh akan lebih baik dari sebelumnya. “Partai ini Partai orang Aceh, pasti mereka akan bikin Aceh lebih baik,” sebut pria berumur 43 tahun ini.

Menurut Syamaun, Partai yang dipilihnya selama empat Pemilu lalu, tidak menunjukan perubahan bagi Aceh. Faktor lain yang membuatnya berpindah hati, karena baru kali ini ada partai lokal. “Capek kita dengar mereka umbar janji terus, makanya kali ini kita lihat bagaimana orang Aceh yang memimpin.”

Pedagang sayur di pasar Lambaro ini, mengaku mendukung perjuangan GAM. Karena itu alasan itulah, dia memilih Partai Aceh, selain tak ingin Aceh kembali bergolak. Menurutnya dengan adanya partai, perjuangan GAM tak memakan korban lagi. “Yang penting tidak ribut lagi, sekarang sudah lebih baik,” katanya.

Berbeda dengan Syamaun, Mardiati (bukan nama sebenarnya), warga di Kecamatan Keumala, Pidie, mengaku memilih Partai Aceh karena tak mau panjang urusan. Pasalnya, jauh-jauh hari sebelum pemilihan, dia telah diwanti-wanti untuk memberikan suara bagi partai mantan petempur GAM itu. Tak memilih partai ini, siap-siap saja mendapat cemoohan.

“Pernah ada seorang warga yang tidak memilih Partai Aceh selalu disindir-sindir,” kata perempuan berusia 40-an tahun itu. “Kalau nggak milih Partai Aceh, pergi saja dari sini.”

Di lain waktu, simpatisan Partai Aceh menakut-takuti warga. “Mereka bilang Aceh akan ribut lagi kalau PA tidak menang,” ujar Mardiati.

Selain itu, Kader Partai Aceh kata Mardiati, juga meminta masyarakat untuk tidak memilih caleg untuk kursi DPR-RI. “Aceh tidak punya urusan lagi dengan Jakarta, jadi tidak perlu memilih caleg DPR-RI,” ungkap Mardiati, menirukan seruan kader PA itu.

Cerita Mardiati, juga menjadi salah satu alasan penolakan hasil Pemilu oleh 21 Partai lokal dan nasional di Kabupaten Pidie. Dalam surat pernyataan yang dikirimkan kepada Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Partai-partai tersebut mengungkapkan bahwa banyak saksi mereka yang diancam kader PA.

“Ada beberapa saksi yang diusir di TPS. Kita menolak itu karena ingin ada penyelesaian yang serius,” kata T Syahrial, Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Kabupaten Pidie, yang juga ikut menandatangani surat pernyataan penolakan tersebut.

Mereka mensinyalir, kader Partai Aceh, telah mengatur sedemikian rupa setiap TPS, untuk memudahkan kadernya mengarahkan pemilih saat masuk ke bilik suara. Partai Aceh juga dituding mengerahkan kadernya untuk menjadi pengawas Pemilu tingkat kecamatan dan gampong, sampai petugas pengamanan TPS.

21 Partai ini rencananya akan mengajukan sengketa itu ke Mahkamah Konstitusi (MK). Namun hingga batas waktu pemohonan sengketa Pemilu ditutup, partai-partai ini tidak mengajukan keberatan mereka terhadap pelaksaan Pemilu di Pidie kepada MK.

“Saya tidak tahu pasti sudah sejauh mana proses penyelesaian kasus itu, yang pasti kita sudah mengajukannya kepada Panwaslu dan kepolisian,” sebut Syahrial.

Partai Rakyat Aceh (PRA) mengaku juga sering mendapatkan ancaman. Menurut Seketaris PRA, Thamren Ananda, initimidasi itu berupa gertakan, hinaan, sampai dengan pemukulan kader mereka. “Ada banyak kasus, tapi kami tidak mencatat berapa jumlahnya,” sebut Thamrin.

Kata Thamrin, teror dan intimidasi malah sudah terjadi saat masa verifikasi partai politik. Misalnya di Kecamatan Lamlo, Pidie, Ketua PRA kecamatan tersebut dipukuli kader Partai Aceh, karena menolak mundur dari jabatannya. “Waktu itu panwaslu belum terbentuk, kita melaporkannya ke Polisi, tapi tidak diselesaikan,” katanya.

Demikian halnya dengan Ketua Dewan Pimpinan Pusat, Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) Safaruddin. Dia juga mengaku, kader partainya banyak di intimidasi simpatisan Partai Aceh. “Mereka cuma bercerita kepada kami, tapi ketika diminta untuk melapor kepada Panwas, mereka tidak berani,” ujarnya.

Dia mengatakan, sulit membuktikan intimidasi yang dilakukan kader Partai Aceh. Untuk menyelesaikan kasus intimidasi, pengurus Partai SIRA hanya mengajukan komplain kepada pengurus Partai Aceh. Itu untuk menghindari konflik yang menyebar. “Kami tidak mau memperpanjang masalah, demi menjaga damai” sebutnya.
***
Adnan Beuransyah, Juru Bicara Partai Aceh, menampik tuduhan kadernya sering melakukan praktik ancam-mengancam. Menurutnya, pihak PA tidak pernah memberikan perintah kepada kader Partai untuk melakukan intimidasi. Semangatnya adalah menjaga perdamaian Aceh. “Tidak ada intimidasi yang kami lakukan ke pemilih,” ujarnya.

Namun, Adnan menyebut, pengurus tidak sanggup mengontrol para simpatisan. “Pengurus dan kader PA tidak mengintimidasi, tapi simpatisan tidak sanggup dikontrol.” akunya.

Seketaris Partai Aceh, Muhammad Yahya, mengatakan teror dan intimidasi malah sering menimpa Partai Aceh. Mereka mencatat telah terjadi 55 kasus. 30 kasus diangap ringan seperti penurunan atribut dan ancaman terhadap kader partai, telah terjadi.

Sementara kasus yang berat, seperti pembakaran atau penggranatan tercatat 18 kasus. Selebihnya adalah kasus pembunuhan kader Partai. “Tujuh orang kader kami dibunuh,” sebutnya.

Dia menyarankan agar pihak yang menuding Partai Aceh melakukan teror dan intimidasi menunjukan bukti yang kuat. “Selama ini tidak ada bukti yang kuat atas tudingan itu, jika memang ada silahkan buktikan,” ujarnya.

Meski begitu dia memaklumi tudingan itu. Sebab menurutnya setelah damai, Aceh baru saja mulai menata demokrasi. “Kita sekarang sedang sama-sama belajar berpolitik,” sebutnya.

Anggota Panwaslu Aceh, Asqalani mengaku menerima laporan intimidasi terhadap saksi dari partai nasional dan sebagian partai lokal di Pidie dan Aceh Timur. Namun banyak kasus yang tidak bisa dilanjutkan penyidikannya. Malah juga ada laporan yang dicabut dengan alasan yang tak jelas.

“Banyak masyarakat setelah melaporkan adanya tindak pidana Pemilu tidak berani menjadi saksi, jadi banyak kasus yang masuk tidak bisa diteruskan penyidikannya ke polisi,” ungkapnya.

Sebelumnya, Panwaslu Aceh menemukan 247 kasus pelanggaran Pemilu di Aceh. Hanya 16 kasus intimidasi yang dilaporkan kepada Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh. Beberapa kasus dilimpahkan kepada Kepolisian, tapi sebagian besar dikembalikan karena tak cukup bukti.

Dengan jumlah tenaga pengawas yang terbatas, Asqalani mengakui pihaknya tidak bisa melakukan pengawasan maksimal. Mereka mengandalkan laporan dari masyarakat untuk menindak lanjuti adanya kecurangan maupun intimidasi dalam Pemilu.

“Jumlah pengawas kita tidak banyak, seharusnya masyarakat berani melaporkan dan menjadi saksi, sehingga bisa membuktikan adanya teror dan intimidasi,” sebutnya.

Pengamat Politik, Mawardi Ismail menyebut, kemenangan Partai Aceh tidak serta merta karena teror dan intimidasi. Indikasi itu, katanya tidak terlalu berpengaruh terhadap kemenagan Partai Aceh. “Tidak begitu besar pengaruhnya, meski saya tidak membantah hal itu ada,” katanya.

Lebih jauh, Mawardi menyebut, kemenangan partai ini merupakan hadiah masyarakat untuk GAM yang berjuang selama 32 tahun. Dia merunut pada Pilkada 2006 lalu, dimana calon independen dari kalangan GAM juga berhasil meraih tampuk kepemimpinan. “Buktinya dari gubernur sampai bupati banyak yang berasal dari mantan GAM, ini merupakan bentuk penghargaan rakyat kepada GAM.”

Mantan Dekan Fakultas Hukum Unsyiah itu menyebut, Partai Aceh lebih siap ketimbang lima partai lokal lain. Struktur partai itu juga sampai ke pelosok desa. ”Untuk Pemilu kali ini saya rasa wajar Partai Aceh menang,” tuturnya.

Menurut Mawardi, pengunaan metode teror dan intimidasi untuk dalam Pemilu, sama tuanya dengan praktik membeli suara. Ini sudah lazim dilakukan partai politik, “praktik semacam itu tidak begitu mempengaruhi suara rakyat, tidak terbukti efektif.”

Mawardi juga menyebut, jika Partai Aceh tak melakukan intimidasi, mungkin Partai besutan kombatan GAM ini akan meraih suara lebih besar lagi. Kedekatan emosional, mempengaruhi pemilih. “Tanpa intimidasi mereka juga menang,” ujarnya. Semacam hadiah berbalut noda?[]

Liputan ini atas kerjasama acehkita.com dan Katahati Institute

Previous article
Next article
Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,400SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU