Thursday, April 25, 2024
spot_img

FILM | Working Class Heroes: Beratnya Jadi Buruh

PEREMPUAN itu menatap layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Ada dua bocah berwajah polos yang sedang diamatinya dengan sepenuh hati. “Sudah lama saya berpisah dengan mereka. Ini terpaksa saya lakukan karena penghasilan yang saya peroleh tak mencukupi untuk menghidupi kedua anak saya,” ucap perempuan berjilbab itu.

Film dukumenter Working Class Heroes, mengisahkan tentang perjuangan buruh di dua Negara berkembang, Indonesia dan Kolombia. Murdiana Angraini (31) adalah salah seorang sosok perempuan pekerja di pabrik Toshiba Indonesia.

Dalam documenter garapan sineas Huub Ruijgrok dan Arno van Beest tersebut, Murdianda bercerita, sekarang kedua anaknya yang masing-masing berusia 11 dan lima tahun, dititip pada kakak kandungnya di kampung. Di waktu libur kerja, ia kerap menjenguk kedua anaknya. Diakui Murdiana, gaji yang dterima sekarang belum mencukup untuk menghidupi kedua anaknya. “Kalau bisa, gajinya dinaikkan lagi, agar saya bisa menafkahi kedua anak saya,” harap lulusan SMA yang telah 12 tahun bekerja sebagai operator produksi di Toshiba dan telah menjadi karwayan tetap.

Sementara suaminya telah menceraikan dirinya karena sering terjadi pertengkaran. Awalnya, suaminya juga bekerja di Toshiba, namun ketika kontraknya berakhir, suaminya meninggalkan diri dan kedua anak mereka. Jadilah Murdiana sebagai single parent. Murdiana bekerja siang dan malam di Toshiba, karena terkena sift kerja.

Sementara nun ribuan kilo mil di seberang sana, Luis Gomes berpeluh keringat di belakang setir truk pengangkut batu bara. Ia bekerja di perusahaan tambang Cerrejon, di kolombia. Akibat bekerja keras di pertambangan tersebut, Luis mengidap penyakit silicosis dan hernia. Penyakit ini juga ikut menyerang lebih kurang seribu pekerja lainnya di pertambangan Cerrejon. Namun, pihak perusahaan menyangkal tudingan itu. Bahkan dalam sebulan terakhir, tiga pekerja di Cerrejon meninggal dunia, dan ini sama sekali tanpa ada penjelasana dari perusahaan menyangkut dengan akibat kematian mereka.

Dalam film dukumenter ini, juga ada Said Iqbal, seorang insinyur ekonomi lulusan Universitas Indonesia. Pria 44 tahun ini adalah presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI). Dan sejak Februari 2012 Said Iqbal menjadi Presiden Konfederasi KSPI. Sosok Said termasuk pemberani dan gigih dalam memperjuangkan hak-hak para buruh. Said berhasil menggerakkan aksi mogok puluhan ribu pekerja di kawasan industri dan penutupan jalan tol demi menuntut kenaikan upah, pembatasan outsourcing, dan pelaksanaan jaminan kesehatan dan sosial.

Said juga berhasil menggelar aksi mogok nasional, di mana melibatkan sebanyak 2,8 juta buruh di seluruh Indoensia pada hari buruh 2012 lalu, dan diklaim sebagai aksi mogok buruh aid Iqbal, di Kolombia, Igor Karel Diaz, Ketua Serikat Pekerja Tambang Sintracarbon juga menjadi motor penggerak kaum buruh di sana. Perusahaan tambang Carrejon, tempat Igor bekerja tersebut adalah perusahaan ketiga di Kolombia yang paling menguntungkan. Namun, pada bulan Februari 2013 lalu, ia berhasil melumpuhkan Carrejon dengan aksi mogok ribuan pekerjanya yang melakukan walk-out selama satu bulan penuh.

Hasilnya, perusahaan tambang Cerrejon melunak dan memenuhi sebagian tuntutan buruh, terutama pada perbaikan upah dan jaminan kesehatan para pekerja. Bukan hanya itu, perusahaan tambang tersebut juga mendirikan sebuah klinik kesehatan bagi para butuh di Cerrejon.

Film dokumenter Working Class Heroes yang diproduksi oleh World Report dan FNV Modiaal, Mei 2013 ini, bukan sekadar film documenter yang lebih banyak menyorot aksi-aksi unjuk rasa dan mogok kerja semata, namun juga sekaligus ingin membuka mata para pemilik perusahaan bahwa, buruh di era modern ini bukan lagi sapi perahan, akan tetapi juga manusia-manusia yang juga butuh kesejahteraan hidup, yang paling penting, jerih payahnya harus diimbali dengan upah yang layak dan sesuai. Sebab, tanpa mereka, maka rangka-rangka pabrik hanya sebuah ornament tanpa daya.

ABDUL HALIM MUBARY, wartawan acehkita.com, anggota AJI Bireuen.

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU