Thursday, April 25, 2024
spot_img

Film Dokumenter “Pulo Aceh” Masuk Nominasi IDFF

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — Film dokumenter tentang Pulo Aceh berhasil masuk dalam nominasi 10 besar Festival Film Dokumenter Internasional (International Documentary Film Festival/IDFF) yang digelar School of Broadcasting Media dan Pusat Kebudayaan Kerajaan Belanda Erasmus Huis. Festival itu digelar dari 25-29 September 2012.

Dokumenter “Pulo Aceh Surga yang Terabaikan” merupakan karya R.A. Karamullah, Ahmad Ariska, Farid Amjad, Siti Zulaikha, Amri Azooka, Hamzah Hasballah, dan sejumlah anak muda lainnya. Film produksi LampOn ini digarap sineas muda yang masih berstatus mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di Banda Aceh.

R.A. Karamullah, sutradara Pulo Aceh, menyebutkan, film yang diproduksi LampOn ini berhasil menyisihkan lebih dari 100 film dokumenter lain yang berasal dari seluruh Indonesia.

“Meski belum menang, kami sangat senang film ini masuk 10 besar di tingkat nasional,” kata pemuda yang akrab disapa RA tersebut kepada acehkita.com, Senin (24/9).

Menurut RA, film “Pulo Aceh” digarap sekitar dua tahun lamanya, sejak Agustus 2010. Film ini baru selesai pada Agustus 2012. “Begitu selesai digarap, kita langsung ikut festival ini. Alhamdulillah, masuk 10 besar. Kita bangga, ternyata film yang dibuat anak Aceh bisa bersaing di pentas nasional,” ujarnya.

“Pulo Aceh: Surga yang Terabaikan” mengambil setting lokasi di Desa Meulingge, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar. Meulingge merupakan desa yang kaya hasil alam dan laut. Namun, kekayaan itu tak didukung fasilitas infrastruktur, seperti pelabuhan.

Meulingge, ibarat istana bagi jutaan ikan di Samudera Hindia. Pemandangan alamnya yang elok dan kekayaan bahari ternyata tak mempu mengangkat taraf hidup masyarakat yang tinggal di sana.

Masyarakatnya pun masih hidup dalam serba kekurangan, mulai dari fasilitas pendidikan, sarana listrik, hingga minimnya fasilitas kesehatan.

“Meulingge itu ibarat surga, tapi diabaikan oleh pemerintah. Padahal, banyak potensi alam dan bahari yang bisa dikembangkan, termasuk wisata bahari,” ujar RA.

Karena itu, sebut RA, pihak LampOn tergerak untuk mendokumentasikan kehidupan masyarakat Meulingge agar potret kehidupan mereka yang buram diketahui masyarakat luas. []

Redaksi
Redaksihttp://www.acehkita.com
ACEHKITA.COM hadir sejak 19 Juli 2003. Kami bisa dihubungi via @acehkita, redaksi[at]acehkita[dot]com

Baca Tulisan Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Stay Connected

0FansLike
21,903FollowersFollow
24,500SubscribersSubscribe
- Advertisement -

TERBARU